Ketika orang tertidur kamu terbangun itulah susahnya.
Ketika orang merampas kamu membagi itulah peliknya
Ketika orang menikmati kamu menciptakan itulah rumitnya
Ketika orang mengadu kamu bertanggungjawab itulah repotnya
Makanya tidak banyak orang bersamamu di sini mendirikan imperium kebenaran
(Anis Matta)
Sebagai salah seorang petinggi partai berlambang padi kapas dan ka’bah ini,saya yakin Bang Annis juga menangkap tanggapan tanggapan miring yang berkembang seputar partainya.Dimulai dari kontroversi seputar tempat yang dipilih sebagai ajang munas PKS kali ini yang mengambil Hotel Ritz Carlton,selain dianggap terlalu mewah,hotel ini juga notabene bisa dianggap sebagai personifikasi Amerika Serikat.Kita tahu bersama bagi sebagian ummat islam negeri ini,yang mungkin juga adalah konstituen setia dari PKS,beranggapan bahwa Amerika Serikat adalah musuh nomer wahid yang sering menindas kaum muslim.Seolah yang terbaca diluar adalah,PKS sudah tidak ingin bermusuhan dengan Amerika Serikat.Tempat munas mungkin masih terlalu sederhana jika dibandingkan dengan kontroversi lain,wacana menjadi partai terbuka dimana salah satu entry pointnya,nantinya PKS tidak hanya beranggotakanummat muslim saja.Ummat non muslim pun nantinya bisa bergabung menjadi anggota.Wacana menjadi Partai terbuka juga menjadikan PKS seolah tidak ada bedanya dengan partai partai lain.Partai pragmatis yang orientasinya melulu hanya kekuasaan.
Tanggapan tanggapan miring yang timbul tidak lepas dari sejarah partai ini dulunya.Muncul dari orang orang yang dulunya adalah aktivis aktivis islam yang lahir di kampus,berkolaborasi dengan sarjana sarjana lulusan timur tengah sana.Partai ini langsung saja menarik kalangan muda,terutama mahasiswa yang menganggap partai ini bisa dijadikan sebuah harapan.Perkembangan PKS dari segi kuantitas tergolong cepat,pemilu 1999 tidak lolos electoral threshold.Pemilu 2004 mencuri perhatian publik dengan perolehan suaranya.Citra bersih selama ini memang melekat kuat pada partai ini.
Sebagai sebuah partai yang mengusung islam sebagai ideologi,memang akan”terlihat sangat aneh”dimana kemudian muncul wacana keanggotaan bagi non muslim.Berbicara tentang pragmatisme kekuasaan,selama ini memang kekuasaan masih diidentikan dengan menghalalkan segala cara nya pemikiran Machiavelli,dimana kekuasaan dimaknai sebagai pemenuhan kepentingan pribadi,sekelompok atau golongan tertentu saja.Di negeri ini kekuasaan mungkin memang belum pernah,atau bahkan tidak pernah dimaknai sebagai sebuah sarana untuk berkhidmat pada kepentingan rakyat banyak sehingga ketika gagasan medekat kepada kekuasaan dilakukan oleh sebuah partai yang selama ini dianggap bersih,langsung saja tanggapan yang bernada miring terdengar.
2014,mungkin akan menjadi tahun yang penting,Pak SBY tidak mungkin bisa diusung lagi,hal ini tentu menjadi kesempatan partai partai lain untuk bisa menyalip demokrat. PKS tentu saja tidak mau ketinggalan kereta.Jika demokrat berbenah dengan mulai dimunculkannya Anas Urbaningrum.PKS mencoba memperluas kekuasaannya dengan menjadi lebih terbuka.
Jika membaca buku dari Gerakan ke Negara nya Bang Anis,2014 mungkin dipandang sebagai waktu yang tepat bagi PKS untuk bisa menjadi pemegang kekuasaan sehingga wajar kalau kemudian muncul target,PKS harus menjadi partai tiga besar di 2014.Kiprah PKS di beberapa daerah sebelum digelarnya munas,memang mengindikasikan adanya arah menuju keterbukaan.Pemilukada di kota Surabaya yang baru saja selesai mungkin bisa menjadi salah satu contoh gamblang.
Tanggapan tanggapan miring yang ada di masyarakat hendaknya bisa ditangapi secara bijak.Kekhawatiran sebagian kalangan jika PKS akan ditinggalkan oleh konstituen tradisionalnya,ketika wacana keterbukaan digulirkan harusnya bisa menjadi catatan penting.Pengalaman PAN mungkin bisa dijadikan pelajaran berharga.Satu hal yang mungkin sekarang ini saya anggap hilang dari PKS adalah tentang program program sosial kemasyarakatannya.Jargon yang dulu ada bahwa PKS bukan partai lima tahunan,alias ramai ketika pemilu saja.Harus dibuktikan lagi sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H