Mohon tunggu...
Masykur A. Baddal
Masykur A. Baddal Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger dan Vlogger

.:: Berbagi untuk kemajuan bersama, demi kemajuan bangsa ::....\r\n\r\nApapun kegiatan anda ini solusinya : https://umatpay.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mau Nikah, Pemuda Mesir Ini Malah Dipreteli Oleh Rentenir

4 September 2013   01:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:24 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13782569311161745711

[caption id="attachment_263514" align="aligncenter" width="500" caption="Penganten wanita pada sebuah acara kawinan di Mesir. (foto: albaddal)"][/caption] By. Masykur A. Baddal - Siapa nyana, ingin hati untuk mempersunting seorang gadis idaman hati, yang telah lama diimpi-impikan, malah jadi buruan sang rentenir. Itulah kisah sedih seorang teman yang bernama Nour El Din, yang kebetulan berkebangsaan Mesir saat hendak melangsungkan akad nikah di suatu tempat di desanya propinsi Menoufiyah Mesir. Seperti kita ketahui, umumnya di negara-negara Arab di saat suasana damai dan normal. Jika seorang pemuda ingin mempersunting seorang gadis idamannya, maka si pemuda harus siap memenuhi sederetan permintaan dari pihak keluarga calon mempelai wanita. Deretan permintaan tersebut, baik berbentuk uang maupun materi sebagai penunjang saat mengarungi bahtera rumah tangga mereka kelak. Jadi jangan sekali-kali mengatakan, Ooo..nanti setelah menikah bisa dicari. Maka, seketika niatan itupun bisa langsung dibatalkan oleh pihak keluarga mempelai wanita secara sepihak. Karena mereka menganggap, bahwa calon suami putri mereka belum mampu untuk memberikan kehidupan yang layak bagi putrinya. Deretan permintaan tersebut adalah, sejumlah uang untuk acara pernikahan dan peresmian. Flat atau rusunami, dua atau tiga kamar tidur beserta isi dan perabotnya, serta satu unit mobil untuk mobilitas keluarga kecil mereka. Jika ditotalkan jumlah keseluruhan dari biaya tersebut mencapai ratusan juta rupiah. Makanya tidak perlu heran, jika banyak pemuda-pemuda Arab golongan menengah ke bawah, baru mampu menikah di saat umur mereka sudah berkepala empat. Nour El Din, adalah seorang pemuda yang telah berumur tiga puluh tahun. Sehari-hari ia bekerja sebagai guide wisata di sebuah perusahaan wisata Mesir. Perusaannya banyak menerima tamu dari Spanyol dan Italia. Karena yakin akan prospek kerjanya di masa yang akan datang, maka ia pun nekad untuk mendapatkan pinjaman sejumlah uang dari rentenir kenalannya, guna membiayai pernikahan dengan gadis idamannya yang telah saling mengikat janji sejak lulus dari SMA. Setelah mendapat dana segar dari rentenir kenalannya, dengan jaminan berbagai properti milik keluarga dan perusahaan tempat ia bekerja. Maka, tanggal pernikahan dan pesta pun sudah diputuskan bersama, yaitu sebelum Ramadhan 2013. Begitu juga dengan semua persyaratan lainnya, sudah di setujui oleh keluarga mempelai wanita, berarti semua masalah dianggap beres. Manusia bisa saja punya rencana, namun tetap saja Yang Maha Kuasa lah penentunya. Siapa duga, ternyata 30 Juni 2013 justeru meledaknya konflik politik baru di negeri sungai Nil itu. Kemudian diikuti berbagai rentetan-rentetan peristiwa lainnya, berujung ambruknya ekonomi dan industri wisata negeri Mesir. Sehingga membuat hati Nour El Din pun semakin gelisah, khawatir ia bakal tidak mampu membayar hutang dan bunganya kepada sang rentenir, akibat bangkrutnya usaha perusahaan tempat ia bekerja. Tepat di hari H acara pernikahan Nour El Din, suara gemuruh demonstrasi massa di berbagai lapangah Mesir, nampaknya masih kalah oleh nyaringnya suara bentakan keras rentenir yang menagih cicilan dan bunga pinjaman dari pemuda itu. Ternyata selama dua bulan sebelumnya, Nour El Din belum memenuhi kewajibannya membayar cicilan. Sudah dapat dibayangkan bagaimana kericuhan terjadi di tempat yang seharusnya semua orang sedang berbahagia itu. Dengan bantuan beberapa orang preman dan debt collector, sang rentenir memaksa Nour El Din untuk menandatangani surat pernyataan penyerahan semua harta dan properti yang baru saja ia beli, berikut beberapa petak tanah yang dimiliki oleh orang tuanya kepeda sang rentenir. Jika menolak berarti pemuda tersebut bakal diamankan oleh sang rentenir. Mengingat sikon saat itu di Mesir, sosok preman sangat ditakuti warga karena kekejamannya. Maka semua keinginan mereka pun dituruti, yang penting mereka tidak membawa Nour El Din. Itulah keputusan bijaksana yang diambil oleh keluarga pemuda tersebut. Pesta dan hajat besar keluarga yang telah direncanakan jauh-jauh hari pun akhirnya berantakan tidak karuan. Sungguh malang nasib pemuda tersebut, saat ia menceritakan detail kisahnya lewat sebuah email. Sialnya, keluarga mempelai wanita pun telah membatalkan secara sepihak impian terindah dalam hidup Nour El Din. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun