[caption id="attachment_155236" align="alignright" width="400" caption="Ilustrasi: Salah satu cara mengantisipasi kelangkaan BBM"][/caption] By. Masykur A. Baddal**. Terhitung tanggal 1 April 2012 mendatang. Pemerintah akan mulai membatasi penggunaan bahan bakar premium bersudsidi, hanya kepada kendaraan roda dua dan kendaraan umum saja. Sedangkan selebihnya, wajib menggunakan bahan bakar pertamax atau sejenisnya. Keputusan tersebut diambil, setelah dilakukannya serangkaian survey dan studi kelayakan, dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul di tengah masyarakat, jika pembatasan tersebut mulai diberlakukan. Pro kontra sekitar pemberlakukan kebijaksanaan itu, sudah mulai terlihat sejak saat ini. Bayak pihak yang mendukung kebijakan itu, serta menganggapnya sebagai upaya untuk mengalihkan subsidi, kepada sektor yang lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat miskin dan tidak mampu. Karena selama ini hanya dimanfaatkan oleh golongan The Have saja. Namun, lebih banyak lagi pihak yang tidak mendukungnya. Karena menganggap pemerintah sedang bermain api, dengan memberlakukan kebijakan tersebut. Yang otomatis semua kebutuhan pokok masyarakat akan melambung tinggi. [caption id="attachment_155237" align="alignright" width="300" caption="Salah satu moda transportasi terfavorit warga Jakarta"]
[/caption] Kepastian pemerintah menerapkan kebijakan tersebut, memang hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, dari persiapan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersangkutan, sudah menjurus kepada pemberlakuan kebijakan itu. Salah satunya adalah, proses pengadaan alat konverter LGV untuk kendaraan roda empat, sebagai alternatif bahan bakar murah lainnya. Yang dapat dipasang disetiap kendaraan roda empat milik pribadi. Terlepas dari semua itu, banyak masyarakat umum yang selama ini, penikmat murahnya harga bahan bakar premium. Sudah mulai memasang kuda-kuda untuk melego beberapa unit mobil keluarga mereka, serta menggantinya dengan beberapa unit kendaraan roda dua. Fenomena ini, malah sudah terlihat di beberapa orang tetangga kami. Dimana, selama ini mereka menggunakan 5 unit kendaraan roda empat untuk mendukung kebutuhan transportasi keluarga mereka. Namun, sejak minggu yang lalu 3 unit kendaraan roda empat dengan cc besar telah dilego ke sebuah show room mobil ibukota. Dari bincang-bincang dengan tetangga tersebut, katanya, mereka ingin menggantinya dengan beberapa unit sepeda motor, guna mendukung rutinitas keluarga mereka. Jika kejadian diatas, dilakukan oleh semua keluarga, yang selama ini memiliki beberapa unit kendaraan roda empat dalam keluarga mereka. Apa yang akan terjadi di jalanan kota Jakarta? Tentu saja, banjir motor di setiap pelosok jalan kota Jakarta tidak dapat dihindari lagi. Yang selama ini dirasa sudah sangat meresahkan. Apalagi telah didukung oleh hasil survey Polantas sendiri, bahwa pelanggaran lalin terbanyak dilakukan oleh kendaraan roda dua. Jadi, bayangkan saja jika jumlah kendaraan roda dua bertambah dua atau tiga kali lipat dari jumlah saat ini, akibat migrasi pemakai roda empat sebelumnya. Jadilah Jakarta kota jutaan motor. [caption id="attachment_155238" align="alignleft" width="300" caption="Rame-rame beralih ke transportasi roda dua."]
[/caption] Sebenarnya, hal ini tidak perlu terjadi jika pemerintah kota Jakarta telah mempersiapkan fasilitas transportasi massal secara memadai sejak dini. Sehingga tidak  membutuhkan waktu terlalu lama untuk masa transisi. Namun jauh panggang daripada api, jangankan menambah jenis transportasi massal, busway sebagai salah satu sarana transportasi massal kebanggaan warga Jakarta, saat ini saja sudah mulai kedodoran, akibat manajemen yang tidak profesional. Malah menjadi biang kerok kemacetan, karena seringnya mogok di jalanan. Akhirnya, kita serahkan saja kepada pemerintah sebagai pihak yang berwenang dalam masalah ini, untuk mengambil keputusan yang terbaik. Demi kemaslahatan bangsa dan negara. Serta didukung dengan ketegasan dan kewibaan yang tinggi dalam menerapkan kebijakan ini kepada masyarakat luas. Let's move... Adios.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya