Mohon tunggu...
Yusuf Arifin
Yusuf Arifin Mohon Tunggu... -

Aku tak setampan Yusuf aku tak sekaya Sulaiman aku tak sehebat Daud dan aku tak sesabar Yakub apalagi sempurna layaknya Muhammad wis pokok men aku'i nyat mboh!!!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Public Displays of Affections (PDA) Pro atau Kontra ?

16 September 2012   13:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:23 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menunjukkan “kasih saying” di muka umum atau lebih dikenal dengan Public Displays of Affections (PDA) tidak lagi sekedar orang tua yang menggandeng tangan anaknya di tempat umum atau suami istri yang bergandengan tangan berdua di jalan-jalan. PDA yang ini bermasalah karena pengungkapan kasih sayang yang berlebihan di muka umum malah menjurus pada pornoaksi.

Di Amerika dan Eropa, banyak orang-orang tua yang meresahkan banyaknya PDA yang mengarah pada perbuatan tidak senonoh yang dilakukan di tempat-tempat umum seperti taman, café, lift, sepanjang trotoar dan lainnya.

Para pelaku PDA menganggap hal ini merupakan pemberitahuan pada dunia, bahwa mereka bias melakukan apapun dengan pasangannya tanpa gangguan siapapun. Tak peduli apakah mereka dilihat oleh anak-anak di bawah umur atau tidak. Orang-orang tua di Barat mengeluhkan para pelaku sering tidak menggubris teguran meraka. Jika menegur dengan sedikit keras, maka tuntutan dari pengadilan bisa mampir dengan alasan mengganggu hak pribadi.

Jadilah orang tua Barat yang masih konservatif dalam menjaga anak-anaknya berharap dengan sangat agar para pelaku PDA itu bisa memiliki sensivitas yang lebih tinggi terhadap publik. Paling tidak, ada etiket sosial jika berada dalam ruang publik.

Berhasilkah? Nyatanya sulit sekali terwujud. Hak pribadi yang dijunjung lebih tinggi dari etika sosial ternyata malah menjadi bumerang. Kini, para pelaku PDA bukan hanya antara wanita dan pria, tapi juga antar sesama jenis. Orang tua di sana pun hanya bisa mengelus dada.

Berbeda-beda menanggapi PDA
Di barat terutama Amerika dan Eropa, PDA ternyata masih menjadi persoalan yang tidak pernah tuntas untuk dibahas. Banyak yang menyayangkan mengapa para pelaku PDA itu tidak malu-malu lagi melakukannya di depan publik, apakah tempat tertutup seperti rumah atau motel sudah menjadi tempat yang membosankan?

Para pelaku PDA sering berdalih suasana luar yang romantis membuat mereka tidak lagi memperdulikan perbuatan mereka itu layak atau tidak dilakukan di tempat umum. Yang penting, mereka tidak menggangu orang lain, walaupun tetap saj menurut publik hal itu mengganggu. Di Barat sendiri hampir tidak ada tindakan secara hukum kecuali perbuatan pelaku PDA itu benar-benar menggangu ketertiban umum.

Pelaku PDA dianggap secara tidak sadar sebagai eksibisionis yang tak lagi malu melakukan perbuatan vulgar di mata umum karena mereka menikmatinya. Hanya saja, publik Barat tidak punya parameter dan aturan-aturan yangdianggap mengekang hak pribadi. Mereka dibenturkan pada dua sisi, sisi yang lain mengaku tidak punya masalah dengan perilaku PDA dan cenderung menikmatinya sedangkanyang lain masih mengkhawatirkan kegiatan PDA bisa merusak moral anak-anak yang disuguhi tontonan syahwat gratis di jalan-jalan. Padahal, pelaku PDA mengaku tidak akan melakukan perbuatan itu justru di depan kerabat dan teman-temannya.

Pemerintah di negara Barat juga tetap menjaga lingkungan sekolah dari perilaku PDA ini. Bahkan sebagian anak-anak di Barat mengaku mereka merasa tidak nyaman melihat perilaku PDA ini. Tapi peraturan tetap peraturan, jika kebebasan di atas segalanya maka lingkungan sekolah pun tetap tidak bisa seteril dari perilaku PDA. Kadang, ruang kelas dan toilet sekolah terutama public school jadi sasaran pelaku PDA yang nota bene masih pelajar.

Memberikan batasan itu perlu
Berbicara tentang parameter, ternyata perilaku PDA ini masih terikat peraturan dan etika jika sampai ke wilayah yang berbeda bangsa. Di Barat deep kissing di muka umum boleh jadi hal yang biasa. Tapi di belahan Eropa Timur, Rusia, sejak 2003 telah dicanangkan gerakan moral ke arah yang lebih baik. Bagi pelaku deep kissing di muka publik bisa didenda bahkan masuk penjara.

Bagaimana dengan negara Asia? Bukan hanya Rusia, ternyata walaupun sama-sama Asia, yang lebih lekat budaya ketimurannya, tak bisa pula di pukul rata. Buktinya, kebebasan ala Barat bisa kita temukan di beberapa negara Asia. Hal yang dianggap tabu dilakukan di depan umum di Malaysia dan Indonesia mungkin tidak begitu masalah jika dilakukan di Thailand yang terkenal sebagai surganya para turis asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun