Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Bab 8 Perahu Kertas - Memulai dari yang Kecil

6 Desember 2024   07:12 Diperbarui: 6 Desember 2024   07:15 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Novel Perahu Kertas (Sumber : Gramedia)

Kehadiran Keenan di dalam keluarga membuat kesempurnaan keluarga itu tercipta. Di ruang makan, Keenan, mama dan adiknya sedang bercanda gurau. Tidak lama kemudian, ayahnya datang, ia baru saja bertemu dengan tamunya. Akhirnya semua lengkap dan Keenan memberi sebuah kejutan kepada Papanya, yaitu IP semester 1 yang sudah keluar. Tidak tanggung-tanggung, Keenan mendapat IP 3,7. Tentu hal itu membuat papanya menjadi bangga, apalagi setelah Mamanya mengatakan bahwa itu adalah IP tertinggi di angkatannya, papa semakin bangga dan semakin yakin kalau Keenan terlalu pintar untuk menjadi seorang pelukis, ia bisa lebih besar daripada itu.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Setelah Keenan meminta sesuatu kepada papa, yaitu waktu. Keenan mau meminta waktu 1 minggu tambahan di liburannya di Bali. Tentu saja, papa tidak setuju karena itu sama saja dengan bolos. Namun, Keenan tetap berjuang agar papanya mengizinkan, hingga perdebatan pun terjadi. Keceriaan yang mereka dapatkan tadi sirna dengan begitu sempurna. Papa meninggalkan meja makan tanpa berkata apa-apa, namun Keenan juga melakukan hal yang sama.
Sebelum berangkat, Keenan menelepon Kugy dan teman-temannya. Mengabarkan bahwa ia akan ke Bali kurang lebih satu bulan. Dan tidak lupa, Keenan menanyakan oleh-oleh apa yang diinginkan oleh Kugy, dengan sedikit berpikir Kugy mengatakan harapannya, ia mau hadiah yang tidak bisa dibeli dan dibuat sendiri. Keenan yang mendengar hal itu pun hanya bisa tersenyum. Namun, keduanya merasa nyaman. Panggilan itu tidak berlangsung lama, namun panggilan itu menyisakan hangat di hati Kugy. Mungkin bagi orang lain, itu hanyalah panggilan biasa, namun tidak bagi Kugy.

Keenan akhirnya bertemu dengan Pak Wayan, sahabat mamanya. Mereka jarang bertemu, hanya pada saat pameran di Jakarta. Namun, Keenan merasa  pertemuannya dengan Pak Wayan selalu memberikan kesan yang sempurna. Ia merasakan kedekatan dengan Pak Wayan. Selama di Bali, Keenan hanya melihat-lihat semua kegiatan di rumah Pak Wayan. Keluarga Pak Wayan adalah keluarga seniman, semua anggota keluarganya menguasai seni yang berbeda-beda. Salah satunya Pak Putu dan anaknya Banyu. Mereka adalah pengrajin patung yang terkenal bagus. Awalnya, Keenan hanya melihat-lihat Banyu melakukan kerajinannya, ketika dilihat Pak Wayan, Pak Wayan menyarankan Keenan untuk mencobanya, namun Keenan enggan dan mengakui bahwa ia tidak bisa. Namun, pak Wayan tidak menyerah, ia menasihati Keenan untuk berani memulai dari hal-hal kecil.

Menjelang petang, Keenan kembali ke studio dimana ia melihat Banyu dan Pak Putu, ia mulai mengambil bahan-bahan kayu mentah untuk dipahat, dengan teliti ia mulai mencoba dan sampai larut malam, ia tidak keluar-keluar dari sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun