Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Film

Pesan untuk Pengkhianat

16 November 2023   11:32 Diperbarui: 16 November 2023   11:42 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Apa yang terjadi denganmu Mas? Begitu sulitkah untuk menolak Purwanti Mas? Atau setidaknya, begitu sulitkah melupakah Dasiyah? Semua menjadi terombang-ambing mas, bagai kapal tanpa nahkoda. Bukan hanya wanita itu yang terombang-ambing, tapi dirimu juga. Apa yang kamu bayangkan? Apa yang kamu coba rancang? Apa rencanamu? Kau katakan cinta, namun perlakuanmu tak selaras dengannya. Kau berkata tak bisa melupakan Dasiyah, tapi bibirmu mencium Purwanti. Kejam, menyedihkan, memilukan, menyakitkan, kau menyakito semua orang Mas Raja.

Mas, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi Mas. Aku berpikir dirimu akan setia dengan Jeng Ya. Dirimu siap menjadi tangan kanan dan tangan kirinya, yang siap melindungi, siap memeluknya. Tapi kenapa? Kenapa setiap masalah yang kamu temui memotek ambisimu pelan-pelan. Tidak kah kau kuatkan lem perekatnya? Tidakkah kau buat penyangganya?

Mas Raja, aku melihat betapa hebat dan hangatnya ketika matamu dan mata Dasiyah bertemu di pasar itu. Aku melihatnya Mas. Dan aku berpikir bahwa cinta kalian akan menjadi luar biasa, menjadi tak terpatahkan oleh apapun. Tapi aku ternyata salah Mas. Matamu itu tidak asli, pandanganmu itu bukan melihat mata Dasiyah. Aku tidak tahu kamu memandang siapa pada kala itu, apakah memandang pasar, memandang lelaki di sekitar, atau memandang kekosongan karena pukulan lelaki di pasar itu.

Kini, kamu hidup dalam penyesalan. Wajah Dasiyah dan keluarganya tidak akan pernah berhenti membayangimu Mas. Semoga kau menikmatinya. Atau setidaknya merasakan sakitnya di khianati. Jika kau bilang bahwa kamu bukan pengkhianat, omong kosong Mas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun