Mungkin kata itu yang terpikirkan oleh Thiyah, ketika ia sudah tumbuh menjadi wanita dewasa yang bijaksana. Bagaimana tidak. Kampung halamannya dijadikan sebagai kambing percobaan sekaligus pembuangan proyek-proyek yang tidak jelas arahnya kemana. Bahkan, sampai mengandalkan kemampuan menipu dan memalsukan semua data agar rencana busuk bisa terlaksana.
Manowa, sebuah desa kecil yang asri yang dekat dengan sungai. Mayoritas penduduk sangat bersahabat dengan air sebab mereka hidup dari sana, mereka bisa makan karena air dan 90 persen kegiatan mereka selalu bersentuhan dengan air. Di desa ini, bukan hanya alamnya yang asri, namun jiwa setiap masyarakatnya juga. Masing-masing keluarga mengenal keluarga yang lain. Setiap orang mengerti dan menghargai orang lain, memang tetap ada pertikaian, namun itu tidak akan memecahkan kesatuan mereka.Â
Adalah Zaenal, salah seorang anak kelas 6 SD yang masih hidup seperti anak-anak. Ia patut bersyukur sebab ia masih bisa menjalani kehidupan anak-anaknya dengan nikmat. Bebas bermain, banyak kenalan, dan mendapatkan banyak tugas dari orang tua.
Semula, semuanya berjalan dengan lancar, hingga pemerintah berencana untuk membangun sebuah pelabuhan yang besar di kampung mereka. Tentu itu menjadikan warga merasa tidak nyaman. Awal mulanya, mereka menolak akan pembangunan itu. Namun, semakin mereka menolak, maka utusan dari gubernur juga semakin liar dalam melancarkan jurus jitunya. Hingga semuanya terbongkar. Apa yang mereka lakukan adalah salah, sebab tanah di desa Manowe memang tercipta bukan untuk didirikan sebuah pelabuhan yang besar. Dengan berbagai usaha, akhirnya mereka bisa menggagalkan rencana busuk pemerintah tersebut.
Sungguh Indah. Saya sendiri masih kagum terhadap cara Tere menuliskan semua hal ini. Bacaannya ringan, mudah dimengerti oleh anak-anak, indah, menghibur, membuat tangis, serta membuat marah. Walaupun topik yang dibahas cukup berat untuk seusia anak-anak, namun saya menjamin anak-anak pasti akan menikmati hal ini. Selain itu, cara pemilihan tokoh yang dilakukan oleh Tere juga menarik. Ia tetap menggunakan anak-anak sebagai tokoh yang menyelesaikan sebuah permasalahan dalam cerita.Â
Namun, di luar dari itu, saya cukup kesulitan dalam mendalami tokoh Ode, Malim, dan Awang. Mereka tokoh yang unik, namun gambarannya buram di benak saya. Sebab mungkin terlalu banyak tokoh yang dibicarakan.
Materi ceritanya unik. Membahas sebuah pemerintahan dan keegoisannya. Dan mungkin secara tidak langsung, Tere Liye juga hendak protes terhadap pemerintahan yang ada di negara ini. Mungkin terlalu banyak kebusukan dan ketidakadilan.Â
Ini layak untuk dibaca oleh khalayak. Selain menghibur, ini juga memberi sebuah pandangan yang baru dan segar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H