Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Bisa Memimpin Diri Sendiri = Bisa Memimpin Orang Lain

11 Juni 2023   14:23 Diperbarui: 11 Juni 2023   14:32 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam sebuah acara, entah acara apapun itu, tentu akan ada ketua, dan panitia yang lainnya. Setiap panitia akan diberikan tugas dan jobdes masing-masing, yang nantinya akan dilakukan agar acara tersebut dapat berjalan dengan lancar. Dan kegagalan sebuah acara tentu sangat dipengaruhi oleh banyak hal termasuk kinerja dari setiap bagian.

Saat ini, saya sedang dalam sebuah kepanitiaan, dan saya punya pergumulan.

Sungguh luar biasa, saya pun ditunjuk menjadi seorang pemimpin dari sebuah divisi. Awalnya, saya menerima dengan semangat karena saya berpikir bahwa saya akhirnya punya ruang untuk belajar memimpin sebuah hal. Namun, semangat tersebut tidak bertahan lama, justru semakin hari semakin meredup. Saya mengalami kewalahan dalam menyampaikan isi hati, kewalahan dalam berbicara dengan tegas dan mengungkapkan perasaan saya, apalagi anggota saya adalah orang-orang yang lebih senior dengan saya.

Setiap kali rapat, saya berusaha untuk memberikan yang terbaik dan mencoba untuk memimpin serta menerima setiap masukan dari mereka, banyaknya masukan dan pendapat, membuat saya menjadi lebih bingung dan cukup kewalahan dalam menjalani hidup.

Hingga hari ini, ketika saya menuliskan diari ini, sebenarnya saya masih dalam kondisi takut dan kewalahan.

Namun, untungnya, saya mendapatkan serta menyadari beberapa hal dari kisah saya yang redup ini.

  • Saya akhirnya tahu, dimana letak kelemahan dan kekuatan saya. Saya baru menyadari dengan benar bahwa saya tidak cocok untuk menjadi seorang pemimpin yang dilihat oleh anggota-anggotanya. Saya tidak pandai untuk membuat anggota saya menjadi lebih bersemangat, dan saya merasa saya lebih cocok menjadi anggota. Dalam artian, saya tidak cocok dan kurang mampu untuk menjadi sebuah kepala dan mulut. Saya lebih kompeten untuk menjadi sebuah tangan ataupun kaki. Saya siap bekerja di bawah sebuah perintah, namun saya tidak berani untuk memerintah.
  • Hal ini sudah saya rasakan sejak lama, namun saya terdistrak dengan kata "bisa belajar". Akhirnya saya mencoba untuk masuk ke dalam ranah yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebolehan saya hanya karena kata "belajar". Dan sejak saat ini, saya semakin berhati-hati dalam menfilter segala sesuatu dan menyadari bahwa belajar itu merupakan hal yang bagus, belajar hal-hal baru adalah hal yang patut untuk dicontoh, namun kita juga harus kenal diri dan kenal kualitas diri kita. Jangan menjadi orang yang menyesal karena sudah menderita dan menghabiskan waktu dan tenaga pada hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita.
  • Saya menyadari kenapa saya tidak pandai untuk memimpin. Selain bahwa saya memang tidak punya bakat untuk hal itu, saya juga akhirnya menyadari bahwa saya belum dapat memimpin diri saya sendiri dan hal tersebut menjadikan saya tidak bisa memimpin orang lain. Dari sini, saya baru memahami bahwa memimpin diri sendiri, mengendalikan diri sendiri dan mengenali diri sendiri adalah hal yang sangat penting. Kalau kita tidak bisa menguasai diri sendiri, maka jangan berharap kita bisa memimpin orang lain. Saya tidak bisa menjelaskan bagaimana regulasi dan hubungannya, hanya saya itu memang benar. Sama konsepnya seperti gosip. Kalau kita tidak sering bergosip tentang orang lain, pasti kita juga akan jarang merasa digosipin orang lain.
  • I am not perfect and that is okay. Tidak semua orang bisa sempurna, tidak semua orang bisa menyenangkan dunia, dan tidak semua dunia harus bahagia. Jadi, hal yang perlu saya terus otak atik adalah pengenalan diri, pengendalian diri, dan proses saya dalam memahami diri saya.

Lagian, setiap manusia punya kisahnya sendiri. Ada kalanya manusia memang punya waktu untuk menderita, lalu setelah menderita, ia belajar, dan setelah belajar, ia menjadi bahagia. Dunia akan tetap menjadi dunia, namun cara pandang kita terhadap dunia bisa kita kontrol untuk keselamatan diri kita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun