Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sang Bingung

3 Juni 2022   14:32 Diperbarui: 3 Juni 2022   14:36 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumen pribadi

Mungkin, untuk hari ini (03 Juni 2022), aku tidak akan membicarakan permasalahan iri yang kemarin sudah aku bahas, aku harus melupakan itu dan mulai berfokus pada hal yang perlu aku perhatikan.

Hari ini, sekolah kami mengadakan sebuah aktivitas yang menyenangkan. 

Pertandingan setiap kelas memang selalu menyenangkan. Sebagai guru kelas, tentu aku tidak boleh kalah dengan semangat anak-anak yang tidak sabar untuk bertanding. Mereka melakukan berbagai hal latihan agar bisa memenangkan pertandingan-pertandingan yang ada. 

Namun, hari ini nasib tidak berpihak pada kelas kami. Kami kalah pada permainan pertama melawan kakak kelas mereka yang jago juga.

Sebagai guru, aku mengerti kondisi dan kemampuan siswa-siswiku. Bukan hanya kemampuan dalam belajar, namun aku tahu juga anak-anak yang bertingkah gesit, memiliki badan kuat serta siswa yang memiliki jiwa kompetitif dan kekalahan kami hari ini menyadarkanku akan beberapa anak yang sebelumnya belum aku tahu.

Aku memiliki seorang anak bernama Erik yang sangat senang dengan olahraga, mungkin ia memang tergila-gila dengan olahraga. Ia sangat aktif bergerak serta sering melakukan latihan badan, namun badannya tidak seperti orang yang sering berolahraga. 

Di sisi lain, aku baru menyadari juga bahwa ia adalah anak yang kompetitif terutama dalam olahraga. Ia selalu memiliki ambisi untuk memenangkan sebuah pertandingan. Dan kekalahan kami hari ini membuatnya kecewa, kelas kami kalah dan ia menjadi sedih.

Dalam kesedihan itu, ternyata ia juga marah. Ia marah pada salah satu anak siswaku bernama Rhenol. Memang benar, Rhenol tidak terlalu pandai dalam hal olahraga, terutama dalam pertandingan hari ini, Rhenol tidak memberikan dampak apa pun, malah ia seperti menjadi beban untuk teman-temannya. 

Tanpa sepengetahuanku, ternyata Erik mengejak Rhenol. Ia mengatakan bahwa Rhenol 'cacat' dan tidak tahu bermain. Seolah-olah kekalahan kami hari ini adalah akibat kecacatan Rhenol. Aku mengetahui berita itu ketika Rhenol duduk diam sambil menonton pertandingan lain. Biasanya, Rhenol adalah anak yang riang dan banyak bicara, tapi sikap diamnya tadi menandakan bahwa ia sedang sedih.

Setelah mendapatkan informasi itu, aku bukan marah kepada Erik, melainkan aku bingung dengan diriku sendiri. Masing-masing dari mereka tidak ada yang salah. Erik adalah murid yang kompetitif, sehingga ketika ia kalah, ia akan marah dan tindakannya terhadap Rhenol boleh menjadi tindakan yang refleks. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun