Bibir pernah berkata
Bahwa luka tak pernah bawa bahagia
Luka selalu berlainan dengan suka
Bahkan tak bisa bersahabat dengan sejahtera
Bibir memang sadis
Ia berkata hal yang berbeda
Dengan apa yang dilakukan manusia
Lalu,
Apakah manusia itu?
Apakah manusia itu sederhana?
Bagai nasi dengan lauk ikan asin dan sayur daun ubi
Yang ditaburi bawang goreng
Dengan beberapa sambal di sisi kirinya.
Apakah manusia itu?
Kenapa manusia tidak suka dengan luka?
Apakah luka berbuat salah? apakah mereka sejahat yang ada?
Atau, manusia saja yang melebih-lebihkan keadaan?
Lalu, apakah aku ini?
Apakah hanya aku yang mencari luka?
Apakah hanya aku yang kesepian
Ketika luka tidak ada dijiwaku?
Luka itu pembawa ceria
Luka itu penuh dengan cerita
Luka itu bisa membuat bahagia
Namun, bahagia dalam luka.
Aku, Luka, Manusia
Seperti kisah cinta segitiga
Menyakitkan, menghancurkan hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H