Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Diary

Merenungkan Tujuan

18 April 2021   13:00 Diperbarui: 18 April 2021   13:04 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Tujuan hidup adalah salah satu komponen yang inti dalam diri saya. Sebagai pemuda awal yang merasa dirinya sedang berpacu dalam pertandingan quarter life crisis, saya terus berpikir tentang diri sendiri, makna hidup, tujuan, dan mencari cara menjadi diri sendiri. Demi mencapai hal tersebut, berbagai video yang terkait dengan self love, self improvement, self compasion, quarter life crisis, psikologi diri sendiri, dan video lain yang dapat membantu saya dalam menjawab pertanyaan yang ada dikepala saya. Beberapa video menolong dan membantu saya untuk menyusun puzzle hidup yang terus saya pikirkan, namun video tersebut belum sepenuhnya membantu saya untuk mencapai hidup lebih bermakna.

Sehingga, tanpa saya sadari, ketika saya kembali ke rumah orang tua saya, ada satu buku rohani yang tergeletak di lemari. Buku tersebut bukan buku yang asing bagi saya, bahkan dulu saya sudah pernah membaca buku tersebut, namun tidak membaca dengan fokus sehingga saya lupa isi dari bukunya. Namun, karena di rumah sangat membosankan, akhirnya saya memilih untuk mengambil buku tersebut dan mencoba untuk membaca. Awal dari buku itu menarik perhatian saya, berbicara alasan mengapa saya dan manusia lain diciptakan di dunia ini. Itu menarik karena saya sedang tertarik membahas hal tersebut. Buku itu dipenuhi dengan 40 bab yang masing-masing bab membahas alasan mengapa manusia diciptakan di dunia ini. Buku ini adalah buku Kristen sehingga memang menggunakan pandangan Kristen untuk melihat eksistensi manusia.

Saya menjadi sadar ketika penulis mengatakan "pencarian tujuan hidup telah membingungkan banyak orang selama ribuan tahun. Itu karena biasanya kita memulai pada titik awal yang keliru-diri kita sendiri." Dua kalimat itu spontan membuat saya sadar dengan apa yang saya lakukan selama ini. Saya terus mencari apa tujuan dan makna dari hidup ini, namun tidak menyadari posisi yang saya tempati saat ini. Tentu saya sudah tersesat, tersesat bukan karena saya mencari tujuan saya, namun tersesat karena saya tidak tahu saya di mana. Apa yang dikatakan oleh penulis benar adanya, bahwa kita tidak akan pernah tahu tujuan kita jika kita memulai dari hal yang salah. Yang ingin dikatakan oleh penulis dalam bab pertama ini adalah bahwa jika kira hendak mencari tujuan dari hidup ini, kita perlu tahu siapa yang menciptakan kita. Penulis juga menuliskan sebuah alasan yang logis. Kita tidak akan tahu tujuan dari penciptaan yang dilakukan oleh orang lain. Pasti yang tahu tujuan dari sebuah penciptaan adalah penciptanya sendiri.

Dalam bacaan yang saya baca, saya disadarkan kembali siapa saya dan siapa yang menciptakan saya. Saya tahu bahwa pribadi yang menciptakan saya adalah Allah, namun saya sadar saya tidak pernah benar-benar menghidupi pengetahuan saya itu. Saya tidak pernah mengimani apa yang saya percaya. Dan dari bacaan ini, saya menjadi sadar jika saya ingin mengetahui apa tujuan dari hidup saya, saya harus bertanya kepada Tuhan Pencipta saya. Tentu saja Tuhan tahu mengapa Ia menciptakan saya, Ia juga tentu memiliki alasan mengapa Ia menjadikan saya sebagai seperti ini, mengapa saya menjadi laki-laki, mengapa saya menjadi orang Batak, atau bahkan mengapa saya menjadi salah satu anggota WIF, Tuhan mengetahui hal tersebut. Hal yang diharapkan oleh Tuhan untuk saya lakukan adalah menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan.

Saya sering mendengar perkataan seperti ini, "Kita akan tahu siapa diri kita, jika kita mengetahui Pencipta kita." Kata yang sering saya dengar itu juga jarang saya pikirkan dan tentu jarang saya aplikasikan. Padahal itu adalah sebuah kebenaran. Jika kita ingin mengetahui siapa diri saya, saya perlu mengetahui pencipta saya, karena Pencipta sayalah yang paling mengenal dan mengerti bagaimana diri saya. Namun, saya juga sadar bahwa mengerti dan memahami Tuhan bukanlah sebuah hal yang dapat saya lakukan. Saya sadar bahwa saya adalah ciptaan dan Allah adalah Pencipta. Otak dan pengetahuan saya tidak akan pernah mampu untuk memahami Allah sepenuhnya. Ia berkuasa dan suci sedangkan saya terbatas dan berdosa. Walaupun demikian, saya juga percaya bahwa Tuhan mengizinkan umat-Nya untuk mengenal Ia lebih dalam. Hal tersebut terlihat dari wahyu yang Ia berikan kepada manusia. Melalui wahyu, saya bisa melihat dan mengenal Tuhan, namun sangat terbatas.

Untuk itu, perlu bagi saya untuk dekat dengan Tuhan agar saya mengetahui tujuan dari hidup saya. Menjalin hubungan dengan Tuhan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Mungkin akan mudah untuk memulainya, namun untuk tetap setia dan disiplin dalam menjalin hubungan dengan Tuhan bukanlah hal yang gampang dilakukan. Namun, sebagai orang percaya, hal tersebut menjadi hal yang sangat penting dan pantas untuk diperjuangkan. Bukan hanya sebatas untuk mengetahui tujuan hidup, namun menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan adalah sebuah keharusan bagi kita sebagai orang percaya. Karena kita tidak akan pernah hidup jika terlepas cari campur tangan Tuhan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan adalah seperti membaca firman Tuhan, berdoa, melakukan saat Teduh atau mungkin mengikutkan Tuhan dalam setiap perilaku yang dilakukan. Semangat untuk berproses.

Referensi

Warren, R. (2013). Untuk Apa Aku di Dunia Ini? Dalam R. Warren, Untuk Apa Aku di Dunia Ini? (hal. 3). Jakarta: Immanuel Publishing House.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun