Mohon tunggu...
Candika Putra Purba
Candika Putra Purba Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pengajar Bahasa Indonesia

Senang membaca karya fiksi Senang mendengarkan musik Senang dengan dunia fotografi Berjuang untuk menjadi manusia yang berguna 24 Tahun Guru SMP

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Gaya Cinta Si Pengendali (Bagian Tiga)

15 April 2021   06:51 Diperbarui: 15 April 2021   07:15 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.cosmopolitan.co.id

Gaya cinta yang ketiga adalah si pengendali atau mungkin lebih asyik jika dipanggil si pengontrol. Anak-anak yang memiliki gaya cinta seperti ini adalah anak-anak yang tumbuh di dalam keluarga yang memiliki orang tua pasif, di mana orang tua tidak memberikan serta tidak membangun perlindungan kepada anak-anaknya sehingga anak-anaknya membangun perlindungan mereka sendiri. Dan belajar untuk menguatkan dan menjaga diri mereka sendiri. Perhatian orang tua sangat jarang diberikan kepada anak

Pengontrol perlu merasa memegang kendali setiap saat untuk menjaga agar kerentanan yang mereka alami di masa kanak-kanak tidak terungkap di masa dewasa. Karena sudah terbiasa dengan mengontrol dirinya sendiri, maka anak-anak yang memiliki gaya cinta seperti ini umumnya selalu dominan, ingin memiliki kendali atas apa yang terjadi dalam hidupnya. 

Anak-anak seperti ini akan memiliki kemampuan untuk mengatur dan menjadi pemimpin, namun terkadang mereka akan tidak suka jika ada orang yang lebih di atas mereka atau mereka tidak bisa berada di bawah kepemimpinan orang lain. Anak-anak yang seperti ini juga kadang memiliki egois dan tidak mau mendengar masukan yang diberikan oleh orang lain. Mereka tidak mau menerima kritikan, dan jika mendapat kritikan, mereka mungkin akan menanam rasa benci pada orang yang memberikan kritikan serta berpikir untuk melakukan tindakan balas dendam.

Bagi orang-orang ini, memiliki kendali berarti perlindungan dari perasaan takut, terhina, dan tidak berdaya yang negatif. Anak-anak yang bertumbuh dalam lingkungan yang kurang memberikan perlindungan umumnya akan memiliki persepsi bahwa mengontrol akan menjadikan mereka kuat, mengontrol akan menjadikan mereka menjadi orang yang benar-benar hidup sehingga hal tersebut juga yang membuat mereka agar tidak merasa takut, tidak merasa terhina, dan tidak terlihat lemah dan berdaya. Mereka akan melakukan apa pun agar mereka memiliki kontrol dalam hidupnya maupun hidup orang-orang yang dekat dengannya.

Ketika sudah dewasa, maka ciri-ciri mereka dalam ranah cinta adalah:

  • Pengontrol tidak mengaitkan kemarahan sebagai hal yang rentan, jadi mereka menggunakannya sebagai senjata untuk tetap berkuasa. Umumnya anak-anak yang memiliki gaya cinta seperti ini akan mengawasi pasangannya dengan ketat, memastikan pasangannya selalu sejalan dengan apa yang dia pikirkan. Ia akan mengontrol kehidupan pasangannya dan tidak mau dikontrol. Jika seperti ini, biasanya orang yang suka mengontrol akan senang jika dipasangkan dengan orang yang memiliki gaya cinta "si korban" karena mereka bisa saling melengkapi. Jika di dalam sebuah hubungan ada sebuah permasalahan, anak-anak yang memiliki gaya cinta pengontrol akan marah dan meluapkan kemarahannya kepada pasangannya. Serta jika mereka melakukan kesalahan, anak-anak Si Pengontrol akan sulit mengatakan maaf atau sulit untuk membujuk.
  • Pengontrol memiliki kecenderungan yang kaku, tetapi mungkin juga sporadis dan tidak dapat diprediksi. Hal ini karena mereka ingin selalu menjadi dominan dan ingin mengontrol semuanya. Untuk menjadi pemimpin, mereka akan berusaha untuk melakukan hal-hal yang baik di depan orang lain agar orang lain dapat menjadikannya sebagai teladan. Itulah sebabnya mereka jarang bercanda ataupun bergurau dengan teman-temannya. Mereka juga tidak akan mau membicarakan hal-hal yang tidak penting atau tidak esensial.
  • Mereka tidak suka keluar dari zona nyaman mereka, karena itu membuat mereka merasa rentan dan dilucuti dari perlindungan. Mereka akan sulit untuk tidak menjadi seorang pemimpin ataupun pengontrol. Karena dalam benak mereka sudah tertanam bahwa menjadi di bawah adalah sebuah tindakan yang tidak baik, dan kehidupan yang dikontrol oleh orang lain hanya akan membuat hidup mereka menjadi menderita. Mereka sulit menerima saran, sulit mengatakan terima kasih dan maaf dan selalu berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai pihak yang benar.
  • Pengontrol lebih suka menyelesaikan masalah sendiri dan suka menyelesaikan sesuatu dengan cara tertentu, jika tidak mereka akan marah. Anak-anak Pengontrol sulit untuk menerima saran, oleh karena itu, jika mereka memiliki sebuah permasalahan, mungkin mereka tidak akan mau meminta saran dari orang lain. Mereka akan mengerjakan dan menyelesaikan permasalahannya dengan sendiri.
  • Agar pengontrol dapat membentuk hubungan yang stabil dan tahan lama, hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
  • Mereka perlu belajar bagaimana melepaskan, mempercayai orang lain, dan menahan amarah mereka
  • Mereka perlu untuk belajar untuk meminta maaf
  • Mereka juga perlu untuk merendahkan hati dan belajar untuk menerima saran dan masukan dari orang lain.
  • Belajar untuk memahami orang lain serta belajar berempati (Psych2Go, 2018)

Referensi

Psych2Go. (2018, Oktober Jumat). Psych2Go. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun