Mohon tunggu...
Ignasia Kijm
Ignasia Kijm Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Senang mempelajari banyak hal. Hobi membaca. Saat ini sedang mengasah kemampuan menulis dan berbisnis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Hari Down Syndrome Sedunia, Mengasah Berlian yang Terpendam

21 Maret 2017   20:22 Diperbarui: 21 Maret 2021   07:30 2979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak dengan down syndrome pentas di hadapan publik (foto dokumentasi Sigit Widodo)

Setiap tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Down Syndrome Sedunia. Banyak masyarakat yang masih menganggap anak dengan down syndrome sebagai idiot. Mereka tidak idiot, mereka sangat brilian! Mereka sangat istimewa.

Perjalanan Sigit Widodo bersama anak-anak dengan down syndrome bermula pada 2012. Anak-anak dengan down syndrome tersebut tinggal di Pondok Sosial Kalijudan Surabaya bersama anak dengan retardasi mental, anak dengan cacat fisik, dan anak jalanan. 

Pondok tersebut berada di bawah Dinas Sosial Kota Surabaya. Sigit yang berlatar belakang S1 Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Surabaya ingin konseling juga diberikan kepada anak jalanan atau anak dengan special needs, tidak hanya di sekolah seperti yang selama ini terjadi. 

Konseling tersebut harus disampaikan  dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu Sigit memilih mengajarkan musik secara sukarela kepada anak-anak dengan down syndrome yang berusia 7 hingga 20 tahun. 

“Ada keinginan dari dalam diri untuk bersama mereka, mungkin karena sejak kecil jauh dari orangtua,” tutur Sigit yang saat ini bekerja sebagai konselor  di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

Anak dengan down syndrome mengajarkan arti kejujuran dan ketulusan (foto dokumentasi Sigit Widodo)
Anak dengan down syndrome mengajarkan arti kejujuran dan ketulusan (foto dokumentasi Sigit Widodo)
Butuh ekstra kesabaran mengajarkan anak dengan down syndrome (foto dokumentasi Sigit Widodo)
Butuh ekstra kesabaran mengajarkan anak dengan down syndrome (foto dokumentasi Sigit Widodo)
Down syndrome adalah kelainan kromosom genetik yang menyebabkan perbedaan intelegensi. Jika anak pada umumnya hanya membutuhkan waktu 10 detik untuk menyerap pelajaran, tidak demikian dengan anak dengan down syndrome yang membutuhkan waktu setengah jam. Berkaca pada fakta tersebut Sigit mengaku harus ekstra sabar. Terlebih jika anak-anak itu bad mood. 

Tantangannya adalah mencari mood terbaik mereka. Dua minggu sekali ia melatih musik selama dua jam, kadang lebih. Ia tidak memforsir anak sebab konsentrasi dan ketahanan mereka berbeda dengan anak pada umumnya. Usaha lebih lainnya adalah melatih per individu. 

“Saya pernah melatih mereka dalam kelompok sebanyak tiga orang, yang terjadi mereka saling menggangu. Ada cara dan pendekatan tersendiri. Mereka mudah bosan, kita harus cari celah untuk menghidupkan atmosfer suasana,” ujar Sigit.

Sigit mengaku masih sering terharu walaupun sering bersama mereka (foto dokumentasi Sigit Widodo)
Sigit mengaku masih sering terharu walaupun sering bersama mereka (foto dokumentasi Sigit Widodo)
Sigit tidak pernah menyangka bisa mengantarkan anak-anak dengan down syndrome tampil di hadapan publik (foto dokumentasi Sigit Widodo)
Sigit tidak pernah menyangka bisa mengantarkan anak-anak dengan down syndrome tampil di hadapan publik (foto dokumentasi Sigit Widodo)
Ketekunan Sigit berbuah manis saat anak-anak dengan down syndrome diundang pentas di kampus hingga mal. Ia menganggapnya bonus. Misi utamanya adalah mengubah mental mereka perlahan-lahan. 

Sigit mengaku perubahan sebenarnya terjadi pada dirinya. Dahulu ia temperamental. Kini ia harus sabar menghadapi anak-anak dengan down syndrome yang mudah mengalihkan perhatian ke objek lain. Sigit bahkan mengajak mahasiswa mengunjungi pondok setiap Sabtu dan Minggu. 

Di satu sisi mereka mampu berinteraksi dengan anak-anak. Di sisi lain anak-anak belajar menerima kondisi sosial dan melatih kepercayaan diri. Sebenarnya banyak yang bisa digali dari anak-anak dengan down syndrome, seperti olah raga, tari, hingga lukis. Akan lebih baik jika anak-anak dengan down syndrome fokus pada apa yang mereka bisa, fokus pada passion atau bakat untuk kemudian dikembangkan. “Selama ini orangtua menuntut mereka secara akademik, itu sulit,” kata Sigit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun