Sebelum tidur Christo menyempatkan diri memeriksa tugas putri sulungnya dan mendampinginya belajar menghadapi tes esok hari. “Saya selalu mengingatkan Sophie untuk menyiapkan perlengkapan sekolahnya. Namanya juga anak, kita tak boleh lelah mengingatkan,” kata Christo yang hobi membaca.
Ibu Bahagia, Keluarga Bahagia
“Ini gambar dari siapa”, tanya saya sambil menunjuk sebuah karikatur unik.
“Dari murid,” jawab Christo seraya menuangkan air ke gelas dan menyodorkannya kepada Anna.
Christo yang tak hanya dicintai keluarga kecilnya, juga murid-muridnya. Pribadinya yang ramah, supel, dan humoris melekat dalam benak setiap anak didiknya. Ia kerap menunjukkan beberapa barang pemberian muridnya yang telah lulus SMA, antara lain buku dan aksesori wanita.
Memasuki fase 35 tahun ke atas tidak menyurutkan langkah Christo untuk terus maju dalam berkarya. Banyak mimpi yang ingin diukirnya. Hal itu pula yang ditularkan kepada anak-anaknya yang semakin hari beranjak besar. Seperti Sophie yang diajarkan konsisten mengejar mimpinya dengan tekun berlatih balet. “Apapun pilihan yang akan mereka ambil, saya selalu mendukung. Saya tak ingin memaksakan kehendak,” tutur Christo yang merupakan lulusan Pendidikan Bahasa Inggris.
Saat berada di rumah Christo memilih menghabiskan me time dengan membaca buku. Bila bersama teman-temannya, mereka berbagi kisah mengenai hidup masing-masing sambil menikmati kopi bersama. “Cara itu saya rasa baik dan perlu dilakukan oleh ibu bekerja lainnya. Bayangkan saja bila kita terus bergelut dengan pekerjaan dan urusan rumah tangga. Tentunya otak akan letih. Luangkan waktu sejenak untuk bergaul dengan lingkungan di luar hal-hal itu. Sebab ibu yang bahagia akan menghasilkan anak dan keluarga yang bahagia pula,” ujar Christo sambil merapikan mainan Anna yang berserakan di lantai.
Biasanya usai ritual me time itu Christo merasakan kesegaran baru yang sangat bermanfaat untuk menjalani agenda berikutnya. Ilmu itu ia peroleh dari sang ibu yang juga seorang ibu bekerja. Di masa kecil Christo memperhatikan ibu yang asyik menjahit sebagai pilihan me time-nya. Saat itu memang belum banyak hiburan seperti masa kini.
Ibu yang menjadi sosok panutannya juga merupakan sebuah anugerah bagi Christo. Bila mengalami kebingungan atau kesulitan, ibu menjadi tempatnya mengadu. “Saat Sophie masih berusia tiga bulan dan kami belum memiliki ART, saya bersyukur untuk orangtua yang bersedia membantu merawat Sophie selagi saya dan suami bekerja,” kata Christo yang dikenal talkative di kalangan teman-temannya.
Selama saya berbincang dengan kakak yang terpaut usia empat tahun ini, saya menemukan kata ‘bersyukur’ senantiasa diucapkannya. Agaknya hal itu yang membuat wajahnya terlihat fresh. Bahkan terkadang saat kami berjalan bersama, orang-orang mengira saya adalah kakaknya. Mungkin karena badan saya yang lebih gemuk ketimbang dia. “Lakukan yang terbaik dan biarkan Tuhan melakukan bagian yang tidak bisa kita lakukan. Dengan kata lain, berserah. Setiap pagi sebelum beraktivitas saya selalu menyempatkan diri berdoa, memohon bimbingan Tuhan agar saya kuat menjalani hidup ini,” jawab Christo ketika ditanya mengenai kata ‘bersyukur’ yang berulang kali keluar dari mulutnya.