Siapa sangka kertas koran yang selama ini diabaikan mampu diubah menjadi produk yang memiliki fungsi dan bernilai estetis. Terbukti produk berbahan kertas koran bisa dijual dengan harga yang kompetitif dan diminati masyarakat baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Di Pesta Kesenian Bali ke-40 yang berlangsung pada 23 Juni-21 Juli 2018, penulis berkesempatan mewawancarai salah satu peserta, Ketut Suparta. Pada acara yang berlangsung di Institut Seni Indonesia Denpasar tersebut, Ketut tampil dengan produknya yang diberi nama 'Suparta Kreasi'. Ketut memulai usaha kerajinan dari kertas koran pada 2015. Awalnya untuk mengisi waktu kosong. Ketut menggunakan kertas koran dengan pertimbangan mudah didapatkan. "Koran setiap hari terbit sehingga tidak sulit dicari," kata Ketut yang ditemui penulis pada 30 Juni 2018.
Produk yang dibuat Ketut, antara lain bokoran, tempat tissue, tempat kuangen kotak atau bulat, hingga keben kotak atau bulat. Di Bali bokoran digunakan sebagai sarana persembahan kepada Tuhan atau hantaran dalam prosesi perkawinan. Sementara itu wisatawan menggunakan bokoran sebagai pajangan. Kuangen digunakan sebagai sarana saat sembahyang. Sementara itu keben oleh umat Hindu digunakan sebagai wadah untuk menaruh sesajen dalam upacara keagamaan. Keben juga berfungsi sebagai tempat buah.
Awalnya Ketut menggunakan produk-produk yang dibuatnya sendiri. Selanjutnya masyarakat melihat produk itu bagus dan berminat memesannya dalam jumlah yang tidak sedikit. Masyarakat menilai produk Suparta Kreasi memiliki  keunikan dan bagus. Selain itu produk tersebut anti air. Oleh karena itu Ketut terus mengembangkan sampai sekarang. "Produk dijual dengan harga Rp 80 ribu sampai Rp 400 ribu. Saya bangga produk dari kertas koran bisa dijual dengan harga mahal," ujar Ketut.
Mulanya Ketut dibantu istri dan anak. Kini ia dibantu empat karyawan, tiga diantaranya bertugas menggiling. Ketut menilai proses pembuatan produk tergolong lama sehingga tidak bisa disamakan dengan pabrik. "Sebenarnya banyak produk yang bisa dibuat dari kertas koran. Namun saya bergantung pada dana atau modal dan karyawan. Terus terang saya masih kewalahan," ujar Ketut.Â
Pameran pertama yang diikuti Ketut adalah Parade Budaya dan Pesta Rakyat dalam rangka HUT Kota Tabanan ke-523. Pada pameran tahun 2016 tersebut Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti membeli tiga produk Suparta Kreasi. Bupati Eka menyarankan Ketut untuk melengkapi usahanya dengan informasi yang memudahkan konsumen saat ingin membeli atau memesan produk, yakni kartu nama.
Kabupaten Tabanan sendiri memiliki potensi besar dalam pengembangan UKM, terutama sektor kerajinan. Melalui pelatihan dan pembinaan yang baik dan intensif, pelaku UKM diharapkan mampu menghasilkan produk yang bisa bersaing di pasar dalam dan luar negeri. Pameran diadakan untuk memberi ruang bagi UKM berbasis ekonomi kreatif. UKM memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Suparta Kreasi juga telah dipamerkan di Jakarta dan Yogyakarta oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali. "Saya pernah mendapat penghargaan dari bupati Negara," tutur Ketut.Â
Ketut menyampaikan, banyak produk sejenis di Bali yang menggunakan bahan kertas koran. Namun belum ada produk yang sebagus dan serapi buatannya. Disinggung mengenai Kredit Usaha Rakyat (KUR), Ketut mengaku tidak berani memanfaatkan fasilitas tersebut. "Usaha saya ini musiman, apalagi barang lokal. Saya takut nanti tidak bisa bayar KUR. Saya jalan apa adanya," ujar Ketut.
Penurunan Pajak
Sebelumnya pada 1 Juli 2018 Presiden Joko Widodo mengumumkan penurunan PPh final UMKM dari 1% menjadi 0,5%. Pengumuman tersebut disambut gembira oleh para pelaku UMKM. Penurunan pajak tersebut dilakukan setelah melalui revisi PP No. 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Aturan penurunan pajak 0,5% termuat dalam PP No. 23 Tahun 2018.