Katakan tidak pada narkoba demi bangsa!
Anak-anak menjadi sasaran dari berbagai hal yang dikhawatirkan merusak masa depan. Oleh karena itu orangtua wajib mendidik, membesarkan, dan melindungi anak menjadi individu dengan mental, moral, dan spiritual yang kuat. Luangkan waktu untuk memperhatikan anak termasuk dengan siapa mereka bergaul. Kalau bermasalah akan panjang akibatnya. Orangtua harus siap lelah, lelah yang membuahkan hasil. Orangtua dituntut belajar mengikuti pengetahuan anak. Belajar bersama dalam rangka membangun karakter anak dengan tantangan yang semakin besar ke dapannya.
Saat ini kita memasuki era digital dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Pembekalan anak dalam menghadapi godaan narkoba di lingkungan dimulai dari awal membangun rumah tangga dan periode yang paling kritis yaitu lima tahun pertama kehidupan. Lakukan sedini mungkin. Â Anak yang tumbuh dalam kasih sayang orangtua akan tumbuh dan berkembang secara positif. Tercatat 80 juta anak di Indonesia. Jika diasuh dengan baik akan menjadi potensi, tidak menjadi beban orangtua, masyarakat, pemerintah bahkan negara. Itu untuk mencegah terjadinya hal yang buruk dalam kehidupan anak.
Dalam siklus kehidupan seorang anak sebenarnya peluang anak terpapar bahaya narkoba terjadi pada masa remaja. Bersosialisasi, rasa ingin tahu, masa pubertas, hingga tertantang menjadi pendorongnya. Bagaimana kita bisa mencegah dan membatasi akses anak pada narkoba. Mirisnya ketika anak menjadi korban, otomatis ia akan menjadi pelaku. Upaya preventif apa yang bisa dilakukan untuk mencegah hal itu? Sebab seorang anak yang terkena narkoba akan tumbuh dengan kontrol diri yang lemah. Emosi dan otaknya juga terpengaruh.
Merokok, nongkrong, hingga minuman keras menggiring anak mencicipi narkoba. Bagaimana menjaga otak anak tetap baik? Pengasuhan berbasis karakter yakni menanamkan akhlak mulia kepada anak sejak dini. Kuncinya adalah kasih sayang dan kelembutan, tidak membentak atau  merendahkan. Tentunya dimulai dengan orangtua yang menjadikan akhlak mulia sebagai bagian dari kehidupan termasuk dalam cara berpikir, emosi, dan bertingkah laku. Kelekatan emosi dengan anak sejak bayi menghalanginya berbuat hal tidak baik. Kontrol diri dan kepercayaan diri adalah faktor yang mampu memblokir keburukan yang mungkin dilakukan anak di luar rumah. Support dan rangkul anak. Anak yang tidak percaya diri dan tidak punya kontrol diri akan mudah terbawa arus, mudah dipengaruhi.
Peredaran narkoba kini tidak hanya terpusat di kota besar, juga menyebar ke seluruh provinsi, kabupaten, bahkan pulau-pulau kecil. Remaja biasanya lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman ketimbang orangtua. Selain itu orangtua cenderung melepaskan remaja dengan tujuan mempersiapkannya menuju dewasa. Tak bisa dihindari di masa tersebut remaja  berteman dengan orang yang kurang tepat sehingga membawa pengaruh buruk. Mereka mudah tergoda. Narkoba itu adiktif, menjadikan anak sebagai korban secara tidak sadar. Kecanduan yang dianggap biasa.
Sinergi dan jejaring antara masyarakat dan orangtua harus diperkuat guna memerangi narkoba, musuh yang merusak anak. Orangtua perlu menyeimbangkan disiplin dan kasih sayang. Cari tahu minat dan bakat anak, kembangkan. Bukan memaksakan minat dan bakat yang menurut orangtua baik untuk anak. Dengan demikian anak diberi kesempatan memilih, mencapai pilihannya, dan bertanggung jawab terhadap pilihannya itu.
Perlindungan anak terhadap narkoba harus dimulai dari keluarga. Bangun kekuatan anak. Jangan biarkan produsen narkoba menghancurkan bangsa ini. Oleh karena itu dibutuhkan peran dari berbagai sektor, mulai dari keluarga, lingkungan, sekolah, LSM, hingga pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H