Negeri tanpa panutan
Layak seperti kata tuk disembah
Disaat getir tertanam dalam batin yang lemah
Terombang-ambing dideburan nasib
Seperti buih-buih yang tanpa arti kau rasa dirimu sudah raib
Begitulah awal mula nya
Batin Terseok teriris rasa
Berharap semua sama dipenglihatan
Betapa malang ceritamu tersapu oleh baju kecoklatan
Warna yang penuh kekaguman
Warna yang jadi idaman
Hal itu membuat semua jadi buta
Halal semua cara agar mendapat warnanya
Tiba masanya dimana si wibawa menggeliat
Harta, agama, jabatan semua milik
Harus terlihat
Entah apa yang kau sirat
Gerangan itukah sebuah nasihat
Aku termangu dalam kepiluan
kala tanya tak bisa kutepiskan
Abang ini kah cara mendapat pengakuan?
Aku tak bisa memberi jawaban
Diwaktu ingat guru pernah menyampaikan
Manusia yang selamat adalah manusia bermanfaat untuk sesama
Pengakuan hanya sekelipan
Semua lenyap saat kita berkawan batu nisan
Kesambi, 19 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H