Baru-baru ini saya dikagetkan jika di sebuah tempat di Aceh, seorang petani bisa membuat coklat lezat. Karena merasa biji kakao hasil kebunnya tidak mendapatkan harga yang menguntungkan, maka ia mencoba mengolahnya untuk mendapatkan nilai tambah. Pasca tsunami melanda Aceh pada awal tahun 2000, ia mendapatkan bantuan dari sebuah NGO dari Jepang berupa alat pengolahan dan pelatihan pembuatan coklat. Iapun mendapatkan pengetahun tentang cara membuat coklat berkualitas Eropa. Alhasil pada tahun 2010 yang lalu ia resmi memproduksi coklat bar, dengan merek "Socolatte". Ketika saya bertanya tentang kualitas dari coklatnya, ia menjelaskan, coklatnya dibuat dengan standar rasa dan kualitas coklat swiss. " Ini adalah coklat yang 80 % berbahan 'chocolate powder dan butter' , dan tidak menggunakan perasa atau pengawet. Sehingga produk ini baik untuk kesehatan". Namun yang mengagetkan saya, harga satu batang coklatnya tidak lebih dari Rp. 15.000,- . Padahal saya pernah menemukan coklat impor dengan ukuran yang sama mencapai Rp. 100.000,- . Lalu ia juga membuka sebuah café yang menyediakan minuman coklat. Dan harganya per gelasnya hanya Rp. 6.000,-, jelas sangat murah jika saya bandingkan dengan segelas coklat di sebuah cafe di Jakarta. Ketika saya bertanya, apakah dengan harga semurah itu ia masih bisa mendapatkan keuntungan". Ia mengangguk tanda setuju. "Bahkan, kalaupun saya membuka counter di kota Medan, saya masih bisa mendapatkan untung" katanya. Lalu saya teringat ketika menikmati coklat batangan yang ukurannya lebih kecil dari apa yang saya beli di Aceh, dan meminum segelas coklat hangat di sebuah café coklat di Jakarta. Meskipun rasanya tidak jauh berbeda, ketika itu saya harus membayar 4 x dari apa yang saya keluarkan di Aceh. Tapi nyatanya,saya dan para konsumen yang lain tidak merasa "kesal" harus membayar mahal untuk coklat yang kami nikmati. Atau saya kemudian bertanya kepada salah seorang karyawan " Boleh tahu berapa biaya produksi per coklat batangan, agar saya tahu apakah harga yang Anda kenakan wajar?". Mengapa demikian? Karena kami tidak sekedar mendapatkan sebatang coklat, namun rasa nyaman oleh karena ruangan yang apik, dengan interiornya bergaya modern. Suhu ruangan cukup sejuk, dan kami disambut para pelayan berseragam rapi yang melayani kami dengan ramah. Café cokat tersebut juga menyediakan meja tempat para pelanggan menikmati coklat, dikelilingi taman yang tertata apik dan sebuah kolam dengan ikan koi yang cantik. Jadi apa yang saya bayar, bukan semata-mata produk yang saya konsumsi, tapi juga service maksimal yang saya peroleh. Jika Anda ingin menjual sebuah produk berharga premium. Anda tidak cukup memastikan bahwa produk Anda prima, namun juga harus dirangkai dengan sebuah layanan yang " luar biasa prima". Menariknya untuk mewujudkan hal tersebut Anda tidak perlu berinvestasi dengan modal yang cukup besar. Karena itu bisa berupa ruangan nyaman dengan suhu yang terjaga, suara musik yang lembut. Atau juga senyuman para karyawan dan seragam yang apik, maupun counter yang apik. Rasanya Anda tidak akan mengeluarkan biaya besar untuk hal tersebut. Salam Coach Nyoman www.bukucoachnyoman.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H