Mohon tunggu...
Juli Nugroho
Juli Nugroho Mohon Tunggu... Konsultan - Brand-Marketing-Service Excellence Professional.

Penggiat Literasi "AyoGemar Membaca". Penggiat Pelatihan PramugariCerdasAcademy Penggiat UMKM MitraSahabatBisnis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar tentang Konservasi Satwa Liar Bersama Bumi Panda

30 Oktober 2016   08:16 Diperbarui: 8 November 2016   11:25 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu dalam salah satu kunjungan ke kota kembang Bandung, saya dan keluarga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Bumi Panda. Nama Bumi Panda ini cukup unik bukan ?  Bumi Panda bukanlah suatu hutan luas yang dipenuhi oleh sekelompok binatang Panda, melainkan hanyalah sebuah "rumah sederhana" yang didedikasikan sebagai tempat untuk penyampaian informasi program program dari WWF (World Wildlife Fund), suatu organisasi dunia yang memiliki kepedulian terhadap satwa.

Organisasi ini didirikan pada tahun 1961 dan berkantor pusat di Swiss. Ada 6 cakupan bidang kerja dari organiasi ini yaitu : Food (berkaitan dengan bidang pangan), Climate (berkaitan dengan iklim), Forestry (berkaitan dengan kehutanan), Wildlife (berkaitan dengan satwa ), Fresh Water (berkaitan dengan sumber air bersih bagi kehidupan dan Ocean (Ekosistem Kelautan).

Bumi Panda ini berlokasi di Jalan Geusan Ulun No. 3 - Dago. Sesuai dengan namanya, maka tidaklah heran, saat kita memasuki halaman rumah tersebut akan disambut oleh 2 ekor figurine Panda berukuran besar. Lalu oleh petugas kita akan diminta untuk memasuki "species room", sebuah ruang peragaan yang didalamnya terdapat gambar, boneka dan deskripsi singkat dari satwa langka tersebut. Disana kita akan didampingi oleh sukarelawan WWF yang akan memandu dan menjelaskan segala fasilitas yang ada disana.

Saat ini sedang dikembangkan juga aplikasi AR (Augmented Reality) yang dapat didownload melalui smartphone yang bisa memunculkan secara animasi sosok satwa langka bila kita mengarahkan smartphone kita pada gambar satwa langka tersebut. Hal ini tentunya akan sangat menarik pada anak anak. Setelah itu, kita akan diajak untuk memasuki "waterlab" sebuah ruangan yang menjelaskan tentang betapa pentingnya air bagi kehidupan. Didalam ruang ini terdapat display tentang program WWF di kawasan Rimbang Baling, Riau. 

Selain itu, disini pengunjung juga diajak untuk melihat kehidupan mikroba yang hidup di air, melalui mikroskop yang disambungkan dengan TV LCD, sehingga kita bisa melihat bagaimana mahluk mikro organisma didalam air tersebut bergerak gerak. Suatu experience yang sungguh luar biasa !

Bumi Panda juga memiliki Perpustakaan yang dipenuhi oleh berbagai buku yag berkaitan dengan satwa dan lingkungan. Diruangan ini kita juga akan diputarkan beberapa program audio visual tentang lingkungan hidup dan juga energi.

Fasilitas lain yang tidak kalah menarik di Bumi Panda ini adalah experience room yang menampilkan sejarah WWF, berbagai alat peraga seputar satwa dan juga apa yang telah dilakukan WWF di Indonesia. Pada ruangan ini juga tersedia berbagai peralatan yang pernah digunakan WWF dalam upayanya untuk melindungi aneka satwa di Indonesia, seperti teropong, kamera tersembunyi hingga kail ramah penyu yang dibagikan kepada para nelayan.

Sebagai negara yang memiliki banyak satwa langka sudah selayaknya kita, masyarakat Indonesia memiliki kepedulian untuk menjaga kelestarian alam kita. Keberadaan Bumi Panda ini sedikit banyak dapat membantu sosialisasi terhadap pentingnya program pelestarian lingkungan, bukan hanya bagi para pelajar tetapi juga bagi orang dewasa.

Maju terus WWF Indonesia dan lestarilah alamku! (coach juli nugroho - empowerment coach)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun