Mohon tunggu...
Sintia Hafsah Cahyaningrat
Sintia Hafsah Cahyaningrat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Truly with harship comes ease Part of IR'22

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Globalisasi Industri Fastfood: Studi Kasus Hegemoni McDonald's

23 Maret 2024   03:12 Diperbarui: 23 Maret 2024   06:12 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
resource: TribunNews

McDonald's didirikan oleh dua bersaudara yakni Richard dan Maurice McDonald pada tahun 1940 di San Bernardino, California. Awalnya, mereka menjalankan sebuah restoran burger kecil dengan nama "McDonald's Bar-B-Q". Kemudian, pada tahun 1948, mereka memutuskan untuk mengubah konsep bisnis mereka menjadi sebuah restoran dengan sistem pelayanan cepat (fast food). Mereka menyederhanakan menu mereka hanya menjadi hamburger, kentang goreng, dan minuman. Sistem ini, berhasil menarik banyak konsumen.

Keberhasilan sistem McDonald's menarik perhatian seorang pengusaha bernama Ray Kroc. Pada tahun 1955, Kroc membuka restoran McDonald's pertama dengan menggunakan sistem franchise di Des Plaines, Illinois. Di bawah kepemimpinan Kroc, McDonald's mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kroc memperluas jaringan restoran McDonald's melalui sistem yang terorganisir dengan baik. Selain itu, Kroc juga berperan dalam memperkuat citra McDonald's sebagai simbol makanan cepat saji (fastfood) terkemuka di dunia.

McDonal's telah menjadi simbol kuat dalam globalisasi industri fastfood. Hal ini, ditandai dengan banyaknya jumlah restoran McDonal's diseluruh dunia. Data statistic menunjukkan bahwa dari tahun 2005 hingga 2023 jumlah restoran McDonal's di seluruh  mencapai 41,2 ribu unit. Hal ini, menunjukkan bahwa McDonal's telah menjadi perusahaan multinasional (TNCs).

Berdasarkan yang telah diuraikan sebelumnya, Dalam artikel ini, kami menggunakan kerangka analisis teori Robert Cox untuk menganalisis peran dominan (hegemoni) McDonald's dalam proses globalisasi industri fast food. Teori Cox menawarkan sudut pandang yang unik untuk memahami bagaimana kekuatan ekonomi, politik, dan ideologi saling terkait dan berinteraksi dalam membentuk dinamika globalisasi ekonomi. Dalam analisis ini, kami menyoroti McDonald's sebagai pelaku hegemoni ekonomi global.

Cox menekankan bahwa hegemoni penting untuk menjaga stabilitas dan kontinuitas dalam tatanan internasional, khususnya dalam ekonomi. Dalam konteks globalisasi fastfood, McDonald's tentu telah berhasil menghegemoni dunia internasional. Hal ini, didasarkan dengan banyaknya jumlah restoran McDonald's di seluruh dunia. Dengan jumlah 41,2 tentu McDonald's memiliki kekuatan ekonomi yang signifikan dalam menentukan produksi, distribusi, dan konsumsi makanan cepat saji (fastfood) sesuai keinginannya.

Hegemoni menurut cox tidak hanya tejadi karena coercion (paksaan) tetapi juga melalui consent (persetujuan). Dalam konteks ini, McDonald's selaku TNCs berhasil menyebarkankan ideologi konsumerisme. Melalui standarisasi produk dengan menggunakan resep yang sama dan metode persiapan yang seragam di seluruh dunia, McDonald's memastikan bahwa setiap gigitan burger atau suapan kentang goreng memberikan rasa yang konsisten. Hal ini, tanpa adanya paksaan tentu membuat masyarakat setuju bahwa McDonald's menjadi restoran fastfood yang terkemuka di dunia.

Selain itu, cara lain McDonald's untuk mendapatkan persetujuan masyarakat adalah beradaptasi dengan selera lokal. Inovasi menu regional telah menjadi kunci kesuksesan McDonald's dalam memperluas jangkauan mereka di berbagai pasar. Contohnya, di India, McDonald's menawarkan menu yang menghormati kepercayaan dan preferensi lokal, dengan memperkenalkan burger vegetarian dan menu ayam tanpa daging sapi. Di negara-negara Asia Timur, mereka menyajikan menu seperti McSpicy Chicken dan Twisty Pasta yang lebih sesuai dengan cita rasa setempat. Tentu hal ini membuat McDonals diterima dengan baik oleh konsumennya dan membuat hegemoninya semakin besar. Hal ini sangat sesuai dengan konsep cox.

Kekuatan McDonald's tidak hanya bersifat ekonomi. McDonald's juga memiliki pengaruh politik yang besar. Hal ini, tercermin dalam interaksi mereka dengan pemerintah negara-negara di mana mereka beroperasi. Dalam interaksi antara McDonald's dan negara-negara, kita dapat melihat bagaimana kekuatan ekonomi dan politik saling berkaitan. McDonald's sering kali menggunakan kekuatan ekonomi mereka untuk mempengaruhi kebijakan perdagangan, perizinan bisnis, dan hubungan politik dengan pemerintah. Ini mencerminkan apa yang Cox sebut sebagai "interaksi sosial" antara negara-negara dan TNCs dalam membentuk tatanan global.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa globalisasi industri fastfood, khususnya dalam konteks McDonald's tercapai karena adanya hegemoni. McDonald's berhasil mengembangkan restorannya di berbagai wilayah dunia. McDonald's cenderung melakukan pendekatan yang memperhatikan cita rasa sehingga memiliki consent (persetujuan) dari masyarakat global. McDonald's juga memiliki kekuatan politik sehingga mampu menstabilkan keuntungannya dalam pasar fastfood global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun