Mohon tunggu...
Cluciety ID
Cluciety ID Mohon Tunggu... -

Cluciety adalah sebuah jejaring sosial yang berfokus pada forum dan juga berbagi cerita dengan komunitas yang ada. Cluciety bukan merupakan sosial media yang hanya memamerkan news feed ataupun status layaknya seperti pada umunya.Pasalnya, dalam situs itu berfokus bagaimana pengembangan sebuah komunitas agar terjalin suatu komunikasi dan edukasi antara anggotanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Kakek Nasrul 74 Tahun, Saat Teknologi vs Nurani

13 Februari 2015   18:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:15 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sosial media seakan menjadi alat untuk penyambung lidah dan penyampai pesan terselubung di tengah sibuknya para individu tanpa memikirkan keadaan sekitarnya. Bahkan para individu seakan tak sadar dengan keberadaan orang lain disekitarnya yang memerlukan bantuan. Itulah yang terjadi dalam dua hari ini. Fenomena kakek Nasrul yang berprofesi sebagai tukang foto keliling seakan "membukakan" mata kita. Pasalnya, walaupun mata kita memang diciptakan bisa melihat tapi masih belum peka dan merasakan keadaan sekitarnya. Bagaimana tidak, kita bisa melihat tapi seakan berpura" tutup mata dan telinga ketika ada seseorang kakek renta yang sebenarnya hanya menawarkan jasanya bukan untuk meminta sebagian rezeki kalian. Berikut sepenggal cerita yang boleh dibilang bisa meneteskan air mata dan haru biru: Mohon dibantu ya...kalo kalian sedang nongkrong di Plaza Festival, Kuningan, Jakarta (dulunya Pasar Festival), siapa tau bertemu bapak ini.. Kisah Inspirasi Mengharukan ini tentang seorang kakek yang berjuang mencari nafkah untuk bertahan hidup dengan menawarkan jasa Foto, ya tepatnya sebagai tukang foto keliling, Tubuhnya terlihat renta, rambutnya telah dipenuhi uban, sebuah kacamata bertengger erat di hidungnya. Dengan dua kamera, lelaki paruh baya ini menjajakan jasanya sebagai tukang foto keliling. Seiring bergulirnya jaman, profesi ini sepertinya terpaksa tertatih-tatih untuk bisa sekedar eksis, yakni ketika tiap orang telah bisa dengan mudah mengambil posisi sebagai fotografer dengan gadget yang telah memenuhi keinginan tampil/narsisnya. Adanya Kakek tua dengan Kamera yang tidak laku-laku menjajakan jasanya tersebut itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang ingin Berfoto sementara di tangannya mereka mempunyai gadget super canggih, terlebih jika menggunakan jasa Kakek ini hasilnya baru bisa di ambil 5 hari kemudian, "bapak tidak punya HP, kalau mau lihat hasilnya nanti 5 hari lagi ketemu di sini" ujarnya, bisa di bayangkan ketidak praktisan ini yg menambah ke engganan orang menggunakan jasanya, bahkan sangat jarang sekali orang yang di tawarkannya tertarik untuk difoto. Lalu lalang orang orang yang bergerak ataupun mereka yg berada disana seolah tidak mempedulikan adanya Kakek tua itu. Pak Nasrul namanya, usianya 74 tahun, di usia senja tersebut Pak Nasrul masih harus bekerja keras masih tetap berjuang mencari nafkah untuk membeli makan untuk bertahan hidup, beliau masih harus berada di luar rumah dengan panas menyengat ketika siang hari bahkan udara dingin ketika malam tiba. Ketika saya sedang berada disana saya melihat Kakek tua itu lagi yang sedang duduk bersama kamera dan setumpuk hasil fotonya. Saya berkata dalam diri saya, saya akan menggunakan jasanya, meskipun sebenarnya saya sedang tidak membutuhkan hal tersebut. Saya hanya sekedar ingin membantu Kakek tersebut melariskan Jasanya. Saya menghampiri Kakek tersebut. “berapa harga 1 lembar fotonya ” tanya saya. “20 ribu”, jawab kakek tersebut dengan suara lirih. "sudah berapa orang yg di foto hari ini?" tanya saya lagi "dari pagi sampai skr (saat itu kira2 pukul 17:30) baru 2 orang, banyak yg tidak mau karena hasilnya lama" , "bapak biasa berkeliling ya?" lanjut saya bertanya " iya tapi sekarang sudah tidak kuat ini sedang sakit jadi duduk saja", ujar Pak Nasrul sambil mengeluargan obat Inhaler Spray (obat semprot asma), "oh bapak ada penyakit asma? " iya sudah lama, ini juga hampir habis, sambil menunjukan inhaler spray tersebut" Oh Tuhan, seperti hancur hati ini tidak tega melihatnya, tanpa di sadari air mata ini menetes tanpa bisa di bendung. Setelah selesai bertanya dan berfoto saya lalu membayar, tidak lupa saya menyelipkan sedikit uang lebih kepada Kakek tua tersebut untuk membeli obat semprot asma tadi. Si Kakek tua menerimanya dengan tangan bergetar dan sambil mengucapkan terima kasih kepada saya dengan suara hampir menangis. Lalu saya segera bergegas pergi meninggalkannya karena mata saya ini sudah tidak tahan untuk menahan air mata yang lagi-lagi ingin keluar Cara paling sederhana dan mudah untuk membantu mereka belilah dagangan mereka atau gunakan jasa mereka. Meskipun misalkan barang yang di jual oleh mereka kurang dibutuhkan oleh kita atau sedikit lebih mahal dari pada harga di toko, tetapi dengan membeli dagangan atau menggunakan jasa mereka insya Allah lebih banyak barokahnya, karena secara tidak langsung kita sudah membantu kelangsungan usaha dan hidup mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun