Pada tahun ajaran 2013/2014, kurikulum baru, yang dinamakan kurikulum 2013 resmi diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia, tidak terkecuali sekolah-sekolah di kota tempat saya mengajar, Pontianak. Saya berpikir, "Akhirnya, ada juga perubahan kurikulum. Akhirnya, kurikulum KTSP akan diperbaiki semua kekurangannya.". Namun saya sedikit kecewa, ternyata penerapan kurikulum 2013 tidak menjangkau semua sekolah, hanya beberapa sekolah pilihan yang ditunjuk secara resmi sebagai sekolah sasaran penerapan kurikulum baru tersebut. Tetapi tidak apalah, sekolah saya dan guru-guru di sekolahku bisa bersiap diri saat kurikulum tersebut diterapkan secara nasional. Kesabaran membuahkan hasil, akhirnya kurikulum 2013 diterapkan untuk seluruh sekolah di Indonesia.
Matematika di kurikulum KTSP, menurut pendapat saya setelah mengajar bertahun-tahun, mempunyai beberapa hal yang menurut saya "kurang sesuai dengan kriteria murid". Sebagai contohnya, materi kelas X semester genap, adalah Logika Matematika, Trigonometri, dan Dimensi Tiga. Pada kenyataannya, saat Ujian Nasional, siswa IPS tidak lagi diuji kemampuan mereka mengenai materi Trigonometri maupun Dimensi Tiga. Ini berarti setengah lebih pembelajaran mereka di semester genap sepertinya "tidak dianggap" atau "tidak penting". Apalagi materi tersebut merupakan materi yang menurut para siswa adalah materi yang "paling sulit". Dengan waktu belajar 4 jam pelajaran per minggu, materi tersebut memang merupakan materi yang paling menantang bagi guru-guru yang mengajarkannya, karena penuh hitungan aljabar bilangan rasional dan irasional (bentuk akar) serta konsep-konsep matematika yang istimewa.
Berbekal dengan harapan akan diubah materi kurikulum KTSP di kurikulum terbaru, ternyata harapan tinggalah harapan. Kurikulum 2013 ternyata memuat materi yang lebih "dahsyat" dibanding kurikulum KTSP. Apa saja perbedaan materi di kurikulum 2013 dan KTSP yang penulis rasakan?
- Materi logika matematika "menghilang" dari kurikulum 2013.
- Materi "lingkaran" menjadi materi wajib, yang berarti dipelajari siswa IPS.
- Materi-materi dipotong-potong dan disebar di berbagai tingkatan, misalnya materi matriks di kelas X dan XI
- Penambahan materi baru yang "super dahsyat" seperti irisan kerucut, Dalil segitiga, Distribusi Normal dan t, Integral Jumlahan Riemann, dan sebagainya.
Selain materi baru, kurikulum 2013 juga "luar biasa" berbeda dibandingkan KTSP berdasarkan metode pengajaran. Siswa dituntut untuk dapat "menemukan", karena guru hanya berperan sebagai fasilitator. Hal ini yang menjadi dilema bagi guru-guru yang selama ini mengajar dengan sistem "guru-sentris", karena kurikulum 2013 menuntut metode "siswa-sentris". Penulis pun mengalami masalah kebingungan yang sama, karena sulit untuk menemukan ide bagaimana agar siswa dapat menerapkan 5M, yang merupakan "roh" kurikulum 2013 yang menganut metode saintifik, Mengamati-Menanya-Mengeksplorasi-Mengasosiasi-Mengomunikasi.
Tantangan terbesar yang penulis rasakan adalah M yang pertama, yaitu Mengamati. Tidak setiap materi mudah dipilih masalah atau sajian apa yang akan diberikan kepada siswa untuk diamati. Tantangan berikutnya adalah setelah siswa mengamati, bagaimana menggiring siswa agar melakukan M yang kedua, yaitu menanya yang menjurus ke penemuan konsep yang hendak dipelajari. Sebab harus diingat, pengajaran di sekolah terbatas oleh jumlah jampel (jam pelajaran). Dengan jampel yang sedikit, sedangkan materi begitu banyak, maka setiap materi tidak boleh mengambil jatah jampel yang besar.
Dengan demikian, tantangan yang dapat penulis rangkum setelah beberapa bulan mencoba mengajar sesuai tuntutan kurikulum 2013 adalah:
- Tantangan menentukan tingkat kedalaman materi berdasarkan silabus yang pemerintah bagikan, karena keterbatasan buku teks. Pemerintah belum menerbitkan buku teks untuk materi Peminatan.
- Tantangan menentukan sajian awal bagi tiap materi, agar siswa dapat melakukan bagian "Mengamati" dengan efektif dan efisien.
- Tantangan mengajarkan materi yang cukup banyak dan dalam, sementara jumlah jampel sangat terbatas.
- Tantangan mengubah cara mengajar yang menganut "guru-sentris" menjadi "siswa-sentris".
Akhir kata, penulis ucapkan, selamat menerapkan kurikulum 2013 bagi teman-teman sesama pendidik anak bangsa, terutama bidang matematika SMA. Semoga perubahan kurikulum ini dapat meningkatkan kualitas siswa dan pendidik di bidang matematika.
“Tulisan ini adalah tugas Diklat Online PPPPTK Matematika”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H