"Dad, I want those meatballs!"
Suara seorang anak perempuan berumur 6-7 tahunan yang mengejutkan terdengar dari belakang saya saat menunggu racikan pentol Aci (cilok) langganan selesai dibungkus.
"Of course Nak, let's buy that some .... Ehmm... bungkus... eh, packs of cilok,.. emm..for you and your mother .. eh.. mommy.." sahut seorang lagi yang mungkin ayahnya dengan sedikit terbata-bata dalam pengucapan bahasa inggrisnya.
Selanjutnya yang saya dengarkan adalah sebuah obrolan setengah berbisik kadang lirih antara ayah-anak yang asyik, unik dengan bahasa inggris yang seadanya, sederhana, dan sepertinya sang anak bahkan lebih sedikit terampil dari ayahnya.
Senyum kagum tergambar di bibir saya diantara senyum sinis dan ekspresi aneh para "pengabdi cilok" lain yang sedang menunggu antrian dilayani yang menganggap aneh ayah dan anak tersebut. Tapi bagi saya, bagaimana dan apapun kata yang terucap dari keduanya, mereka adalah para pembelajar bahasa yang sangat luar biasa!
Sebuah moment inspiratif yang akhirnya menyeret jari-jemari saya untuk menuangkan kekaguman terhadap mereka dalam tulisan ini tentang pembelajaran bahasa asing dalam keluarga.
Bayangkan Anda berada di sebuah perpustakaan raksasa, namun hanya bisa membaca buku yang ditulis dalam "bahasa ibu" Anda. Buku lainnya tampak menarik, mengandung pengetahuan yang berlimpah, namun sayangnya, mereka semua ditulis dalam bahasa yang tidak Anda mengerti.
Penguasaan bahasa asing adalah seperti membuka pintu ke ruang perpustakaan yang sebelumnya terkunci. Dengan setiap bahasa baru yang kita pelajari, kita memperoleh akses ke lebih banyak buku, lebih banyak pengetahuan, dan lebih banyak pengalaman.
Dalam era globalisasi seperti saat ini, bahasa asing menjadi jembatan yang menghubungkan dunia. Dalam konteks ini, kemampuan berbahasa asing tidak hanya menjadi nilai tambah, melainkan suatu keharusan.