Pernah dengar tentang Eliud Kipchoge, pelari Kenya yang memecahkan rekor dunia marathon (hampir 42 kilo meter) dengan waktu sub 2 jam? Dia pernah mengatakan, "Saya berlari dengan hati, bukan kaki." Mungkin maksudnya, berlari itu lebih dari sekadar fisik, tapi juga emosi dan mental.
Nah, sekarang coba renungkan. Jika seorang Eliud Kipchoge bisa merelakan ego dan membiarkan hatinya mengambil alih, kenapa kita tidak?
Mari kita renungkan contoh lain. Pada Olimpiade Tokyo 2020, Jacob Kiplimo, pelari muda Uganda, disalip oleh pelari lain di lap terakhir. Namun, dia tetap fokus pada ritmenya dan akhirnya meraih medali perak. Dia membuktikan bahwa harga diri dan gengsi bukanlah tentang mendahului, tapi tentang menghargai proses dan kemampuan diri sendiri.
Lalu bagaimana dengan kita? Kita tidak perlu menjadi Eliud Kipchoge atau Jacob Kiplimo untuk mengontrol ego kita. Kita hanya perlu mengubah cara pandang kita, belajar menerima, dan terus berlari.
Berikut adalah beberapa tips praktis yang bisa kalian terapkan untuk menjaga ketenangan mental dan fisik diri saat di tengah-tengah lintasan lari:
Praktekkan Mindfulness: Tuh kan, ada kata "mindful" di dalamnya. Artinya kita harus lebih aware dengan kondisi diri kita saat lari. Saat disalip, jangan buru-buru ngerasa "Oh, saya kok lemah ya?". Tidak! Ambil napas dalam-dalam, rasakan keringat yang menetes di dahi, dengarkan hembusan angin, dan lihatlah pemandangan di sekitar. Ini akan membantu menenangkan pikiran dan melanjutkan lari dengan fokus.
Latihan secara "Extra Miles": Ini bukan berarti kalian harus berlari setiap hari sampai 42 km seperti orang kesurupan! Tidak. Yang dimaksud di sini adalah, latih tubuh kalian untuk berlari lebih jauh dari jarak marathon, bisa 45 km atau 50 km. Nanti, saat di lomba, kalian akan merasa seperti anak SD yang mendadak diminta untuk mengerjakan soal TK. Gampang kan?Â
Visualisasikan: Ini bukan semacam ilmu hipnotis atau telepati ya. Visualisasi di sini adalah cara kalian membayangkan skenario yang mungkin terjadi saat lomba (sebut saja simulasi). Bayangkan kalian sedang berlari di km 30, lalu tiba-tiba disalip oleh peserta lain. Bagaimana reaksi kalian? Apa yang kalian lakukan? Dengan membayangkan skenario ini, kalian akan lebih siap saat menghadapi situasi tersebut nanti.Â
"Once you're beat mentally, you might as well not even go to the starting line."
---Todd Williams, American long-distance runner
Satu hal yang pasti, saat kalian berhasil menyelesaikan marathon ini dengan memenangkan lomba melawan ego kalian sendiri, kalian akan merasa lebih puas dibandingkan dengan meraih medali emas. Kenapa? Karena kalian telah menyelesaikan sebuah lomba yang jauh lebih berarti dengan musuh yang sangat berat yaitu diri sendiri.
Mandiri Jogja Marathon 2023 bukan hanya soal berlari cepat, tapi juga soal berlari bijak. Apapun hasilnya, ingatlah bahwa yang terpenting adalah kalian telah berusaha dan bertekad mengalahkan semua hambatan dalam diri sendiri!