Mohon tunggu...
Clint Perdana
Clint Perdana Mohon Tunggu... Penulis - Just an Ordinary Learner

Menulis sebagai media bertukar pikiran, diskusi dan dakwah modern di tengah luas namun sempitnya dunia ini, mari berbagi!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Langkah Praktis untuk Membiasakan yang Benar dan Melawan 'Yang Biasa'

9 Juni 2023   17:37 Diperbarui: 9 Juni 2023   18:22 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul artikel yang ringan namun berat bagi saya, tapi saya akan coba mulai dengan membayangkan bahwa Anda adalah seorang alien. Ya, alien, dengan segala keunikannya. Anda baru saja tiba di planet Bumi, tanpa petunjuk apa pun tentang cara hidup manusia. Anda melihat orang-orang dengan berbagai kebiasaan yang berbeda. Bagi Anda, semuanya tampak aneh. Tetapi bagi mereka, itu adalah norma, tradisi, atau 'cara biasa kita melakukan hal-hal'.

Menarik, kan? Jadi, apa yang kita anggap 'biasa' mungkin terasa asing bagi orang lain. Dan kadang-kadang, kita mempertahankan 'yang biasa' bukan karena itu benar atau salah, tetapi hanya karena... ya, itu sudah menjadi kebiasaan. Nah, mulai dari sini, mari kita bicarakan mengenai konsep 'membiasakan yang benar' versus 'membenarkan yang biasa'.

Pertama, perkenalkan, ada seorang bos di sebuah perusahaan. Bos ini selalu datang terlambat, namun selalu membenarkan dirinya dengan berkata, "Hei, ini sudah biasa kok, aku kan bos." Dia mungkin merasa bahwa dia berhak datang terlambat hanya karena posisinya. Bagaimana menurut Anda? Terdengar lucu, bukan? Tapi, itulah cara banyak orang membenarkan 'yang sudah biasa'. Tidak penting itu baik atau buruk, selama itu sudah menjadi kebiasaan, ya sudah.

Mari kita ambil contoh lain. Ada sebuah desa dengan tradisi melempar sampah ke sungai setiap pagi. "Itu sudah biasa, kita sudah melakukannya sejak dulu," kata mereka. Tapi, coba tanyakan pada ikan-ikan di sungai tersebut. Mereka mungkin berkata, "Bos, sampahmu itu merusak rumah kami, tahu?" Ya, bagaimanapun juga, ikan-ikan tersebut tidak bisa berbicara (tapi Anda mengerti maksud saya, kan?).

Kedua contoh di atas adalah ilustrasi bagaimana kita sering kali membenarkan sesuatu hanya karena itu sudah menjadi kebiasaan. Padahal, yang benar tidak selalu harus berhubungan dengan yang biasa. Seringkali, kita perlu 'membiasakan yang benar', meskipun itu berarti harus merubah tradisi atau kebiasaan lama.

Sekarang, bayangkan jika bos tersebut mulai datang tepat waktu dan menunjukkan contoh baik bagi karyawannya. Atau, bayangkan jika warga desa tersebut mulai membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan sungai. Itu akan menjadi kebiasaan baru yang lebih baik, bukan?

Jadi, bagaimana kita bisa mulai membiasakan yang benar? Pertama, kita perlu mengakui bahwa tidak semua yang biasa itu benar. Itu mungkin pil pahit untuk ditelan, tetapi setidaknya kita perlu mengakuinya. Kedua, kita perlu berani untuk merubah. Perubahan memang tidak mudah. Tapi seperti kisah seorang penari balet yang harus berlatih berjam-jam setiap hari untuk melompat sempurna, perubahan membutuhkan usaha dan konsistensi.

Ketiga, kita perlu menghargai proses dan berani menghadapi kritik. Bayangkan jika Anda adalah orang pertama di desa yang memutuskan untuk tidak membuang sampah ke sungai. Mungkin awalnya Anda akan dikritik dan dipandang aneh. Tapi, ingatlah bahwa setiap perubahan besar biasanya dimulai dengan langkah kecil.

Perubahan juga memerlukan komunikasi yang baik. Jika Anda ingin membantu orang lain untuk membiasakan yang benar, maka Anda perlu menjelaskan kenapa itu penting. Seperti guru yang baik, Anda harus mampu menjelaskan konsep yang rumit dengan cara yang mudah dipahami. Gunakan contoh yang relevan dan cerita yang menarik. Sebagai contoh, jika Anda ingin membujuk bos Anda untuk datang tepat waktu, Anda bisa menjelaskan bagaimana itu dapat meningkatkan produktivitas dan moral tim.

Untuk membiasakan yang benar, kita perlu berani melawan arus. Kita harus berani untuk menjadi 'alien' di planet kita sendiri. Kita harus berani untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda dan mempertanyakan apa yang kita anggap sebagai 'biasa'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun