Mohon tunggu...
Clindo WafiRadanta
Clindo WafiRadanta Mohon Tunggu... Lainnya - XI MIPA 3

SMA Negeri 28 Jakarta XI MIPA 3

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teks Resesnsi Negeri 5 Menara

3 Maret 2021   12:23 Diperbarui: 3 Maret 2021   12:39 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Identitas Buku 

Judul Buku            : Negeri 5 Menara

Pengarang             : Ahmad Fuadi

Penerbit                  : PT Gramedia Pusat Utama 

Jumlah Halaman : 423 halaman

Tahun Terbit          : 2009

Sinopsis

     Novel diawali dari kisah lima sahabat yang sedang mondok di sebuah pesantren, kemudian bertemu kembali ketika mereka sudah beranjak dewasa.

Uniknya, setelah bertemu, ternyata apa yang mereka bayangkan saat menunggu adzan Maghrib di bawah menara masjid benar-benar terjadi. Itulah cuplikan utama cerita novel negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi ini.

     Tokoh utama Ahmad Fuadi yang berperan sebagai Alif dalam novel tersebut meceritakan, ia tidak menyangka dan tidak percaya kalau bisa jadi seperti yang sekarang ini. Pemuda kelahiran Desa Buyur, Maninjum Sumatra Barat itu adalah pemuda desa yang diharapkan bisa menjadi seorang guru agama sama halnya yang harapkan oleh kedua orangtuanya. Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain sepak bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau.

     Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatra dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya, belajar di pondok. Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantra" sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepak bola berbahasa Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun