Mohon tunggu...
Asina Siagian
Asina Siagian Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya bekerja sebagai tenaga IT. Lulusan Fakultas Ilmu Komputer - Universitas Indonesia. Pergi ke tempat-tempat baru dan berbaur dengan budaya lokal menjadi petualangan yang tidak ada habisnya. Menulis adalah hal lain yang membuat hidup saya bergairah. Biasanya saya menulis di http://clickmyjourney.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa Perlu Diberi Kuliah Programming

20 Juni 2013   10:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:42 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber foto: audiblox2000.com"][/caption] Suatu hari di kelas, dosen kami mengatakan begini, "Orang yang bisa membuat program adalah orang yang mampu berpikir logis. Jadi kalau anak-anak Fasilkom (Fakultas Ilmu Komputer) diajari cara membuat program berarti sebenarnya mahasiswa sedang dilatih untuk bisa berpikir logis. Cara berpikir logis sangat penting untuk menyelesaikan masalah. Dan ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan nyata." Saya cukup terkesima mendengar apa yang baru saja dikemukakan oleh dosen kami itu. Sebelas tahun sudah saya mengenal dunia IT (Information Technology), namun baru kali ini saya benar-benar menyadari apa manfaatnya berkecimpung di dunia ini. Setelah 8 tahun bekerja sebagai web developer, sekarang saya menyadari bahwa apa yang dikatakan dosen kami itu benar adanya. Kenapa tidak dari dulu saya mendengar kata-kata tersebut? Seandainya sebelas tahun yang lalu saya mengerti kenapa saya harus belajar algoritma dan kenapa saya harus membuat program yang efisien & efektif, tentulah saya tidak perlu bersusah payah mengikuti kuliah-kuliah programming. Saya tersesat terutama di semester 1 dan 2, sulit sekali saya mencerna dan bermain-main dengan logika. Kemudian beliau menambahkan, "Pernah dengar anak-anak dari ilmu sosial yang suka teriak-teriak tidak jelas malah bikin sakit kepala?" Kami semua diam. Jelaslah kami semua diam karena ini bukan sesi tanya jawab. Lagian tidak alasan untuk mendebat pernyataan tersebut, jadi kami hanya duduk menyimak. Lanjut beliau, "UI (Universitas Indonesia) rencananya akan bikin mata kuliah programming jadi mata kuliah wajib di semua fakultas. Jadi semua mahasiswa akan dilatih untuk bisa berpikir logis." Sebuah aplikasi perangkat lunak dibuat untuk membantu pekerjaan orang lain. Apa yang ingin dibangun itu kita sebut sebagai masalah. Masalah inilah yang ingin kita selesaikan dengan mengumpulkan datanya terlebih dahulu. Data tersebut kemudian dianalisis untuk selanjutnya kita cari solusinya. Pada tahap analisis kita harus memikirkan beberapa alternatif solusi. Lalu pada akhirnya solusi yang diimplementasikan adalah solusi terbaik yang sudah disusun secara terstruktur. Di kelas-kelas yang pernah saya dapatkan seperti Dasar-dasar Pemograman atau Struktur Data & Algoritma, kami mempelajari beberapa metode yang bisa diterapkan untuk menyelesaikan masalah. Tapi pada intinya sebuah masalah itu harus diurai dulu menjadi kecil-kecil. Lalu bagian-bagian kecil ini kita selesaikan satu per satu. Setelah itu kita integrasikan dan jadilah solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Saya tidak terlahir dengan bakat IT. Bahkan bekerja sebagai kuli IT ini pun bukanlah pekerjaan impian saya. Pernah suatu kali saya mengikuti tes kepribadian dan hasilnya saya adalah manusia tipe ekstrover kategori sangunis - kolerik yang menyukai keramaian, suka bersosialisasi, suka berpetualang, tidak menyukai hal-hal yang monoton, jika menghadapi masalah lebih suka melihat gambar-gambar besarnya saja lalu secepatnya mengambil keputusan yang ternyata banyak dari keputusan-keputusan ini saya sesali di kemudian hari. Manusia-manusia yang setipe dengan saya sebenarnya sangat tidak cocok bekerja di dunia IT. Namun demikian, apa yang sudah saya dapatkan selama sebelas tahun ini benar-benar sangat bermanfaat membentuk diri saya saat ini. Berlatih berpikir logis selama satu dekade membuat saya menjadi tidak terlalu emosional dalam menghadapi apapun. Atau ketika saya menghadapi suatu masalah, saya bisa tetap tenang. Di saat saya sudah tenang, saya mencoba menganalisa akar permasalahan. Setelah itu saya memikirkan solusinya. Berpikir logis adalah kemampuan yang sangat luar biasa untuk digunakan saat pengambilan keputusan, namun demikian orang-orang yang memiliki bakat yang mengandalkan otak kiri ini janganlah terlalu bangga dengan kemampuannya ini. Ada hal lain yang sama pentingnya yaitu kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi. Admin jaringan di tempat saya kerja termasuk orang yang memiliki bakat berpikir logis. Saya sering kali (sangat sering) kesulitan bekerja sama dengan dia. Setiap kali sistem bermasalah, yang pertama kali dilakukannya adalah menyalahkan saya. Dia tidak pernah menyalahkan sistem yang saya buat, dia selalu menyalahkan saya sebagai subjek. Padahal sebenarnya saya bermaksud kami sama-sama mencari solusinya bukannya malah saling menyalahkan. Dalam banyak kasus yang terjadi, pada akhirnya settingan yang dia buat di server lah yang seringkali jadi penyebab error. Saya sudah pernah mengatakan terus terang kepada bos saya bahwa saya kesulitan bekerja sama dengannya. Dan ternyata bos saya juga sudah angkat tangan berhubungan dengannya makanya setiap kali sistem bermasalah, saya yang selalu dipaksa-paksa bos saya untuk menghubunginya. Bingung kenapa orang seperti itu masih tetap dipakai. Rekan kerja saya itu sebenarnya mudah sekali ditebak. Setiap kali ada masalah di sistem biasanya saya akan kirim email ke rekan kerja saya itu dan CC ke bos saya. Kalau dia membalas email saya dengan isi yang sudah bisa dipastikan menyerang saya, berarti dia merasa tidak bersalah atau paling tidak dia belum tahu bahwa dari sisi pekerjaannya lah sumber kesalahan. Tapi kalau dia tidak membalas email saya berarti dia sudah tahu bahwa di sisi pekerjaannya lah yang salah dan saya tinggal menunggu waktu saja, tak lama lagi pasti sistem akan kembali berjalan normal. Maraknya pemberitaan mengenai mahasiswa yang melakukan demo dengan anarkis, sepertinya mereka perlu diberi kuliah programming supaya mereka dilatih berpikir logis sehingga tidak hanya mengandalkan emosi yang pada akhirnya mengganggu dan merugikan orang lain. Kenaikan BBM adalah sebuah masalah, tapi demo dengan anarkis bukanlah sebuah metode yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Dan ketidaknyamanan yang sudah mereka buat bukanlah hasil yang diharapkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun