Mohon tunggu...
Clianta Maritza
Clianta Maritza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Studi S1 Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dilema Menyikapi Ancaman Perdamaian Dunia dari Konflik Nuklir Semenanjung Korea

15 September 2024   21:30 Diperbarui: 15 September 2024   21:48 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: CNBC Indonesia

Semenanjung Korea telah lama menjadi titik panas geopolitik dunia. Ketegangan antara Korea Utara dan negara-negara tetangganya, terutama Amerika Serikat dan Korea Selatan, terus meningkat seiring dengan pengembangan program nuklir Korea Utara. 

Ancaman penggunaan senjata nuklir oleh negara ini bukan hanya menjadi ancaman bagi kawasan Asia Timur, tetapi juga berpotensi memicu konflik berskala global dengan konsekuensi yang sangat berbahaya.

Menilik dari sejarahnya, Korea Utara memulai program nuklirnya melalui penandatanganan perjanjian kerja sama nuklir dengan Uni Soviet pada tahun 1959. Perjanjian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi energi nuklir hingga kemudian membangun kompleks nuklir Yongbyon pada tahun 1962. Negara ini mulai menjalankan program senjata nuklirnya pada tahun 1983 dengan melakukan detonasi eksperimental menggunakan bahan peledak tingkat tinggi.  

Negara ini secara terus-menerus melakukan uji coba nuklir dan rudal balistik, yang semakin meningkatkan kekhawatiran akan kemampuannya untuk menyerang target-target di luar wilayahnya.

Keputusan Korea Utara untuk mengembangkan teknologi nuklir didorong oleh berbagai faktor kompleks. Selain aspek keamanan, program nuklir ini juga dipandang sebagai simbol kekuatan dan prestise nasional, serta sarana untuk memperkuat ekonomi. 

Dalam konteks rezim sosialis, keberhasilan dalam mengembangkan teknologi tinggi seperti nuklir menjadi bukti kemampuan negara dan memperkuat legitimasi kepemimpinan. Namun, teknologi nuklir memiliki potensi penggunaan ganda, baik untuk tujuan damai maupun militer. 

Sejarah telah menunjukkan bahwa teknologi nuklir dapat digunakan untuk menghasilkan energi, tetapi juga dapat dialihfungsikan menjadi senjata yang sangat merusak. Korea Utara, yang terinspirasi oleh kemajuan teknologi nuklir negara-negara adidaya, mulai mengembangkan program nuklirnya dengan bantuan dari Uni Soviet.

Meskipun awalnya bergantung pada bantuan asing, Korea Utara secara bertahap membangun kapasitasnya sendiri dalam bidang nuklir. Negara ini telah menginvestasikan sumber daya yang signifikan untuk mencapai swasembada dalam teknologi nuklir. 

Namun, karena isolasi internasional dan tahap awal pengembangan program nuklirnya, Korea Utara berhasil menghindari pengawasan ketat dari komunitas internasional selama beberapa waktu. Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran global mengenai proliferasi senjata nuklir, tekanan internasional terhadap program nuklir Korea Utara juga meningkat. 

Badan Tenaga Atom International (IAEA) mulai melakukan pengawasan terhadap aktivitas nuklir Korea Utara, dan negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet berupaya membatasi penyebaran teknologi nuklir. Hal ini mendorong Korea Utara untuk semakin tertutup dan meningkatkan upaya untuk mengembangkan program nuklirnya secara rahasia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun