Mohon tunggu...
Cleo Ocean
Cleo Ocean Mohon Tunggu... Operator - Pelajar SMA STELLA DUCE 2 Yogyakarta

.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karyanya

30 Januari 2024   09:06 Diperbarui: 30 Januari 2024   09:10 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Cassiephia Selen Osena orang orang biasa memangil ku Selen, dalam mitologi Selene artinya bulan, aku baru berumur 18 tahun, aku dari kota istimewa, ya! Yogyakarta. Aku bukan seperti banyak kan perempuan seusiaku, aku takut dengan dunia. Dari kecil aku merasa takut untuk berbicara terutama dengan orang baru apa lagi lawan jenis, hingga aku bersekolah di sekolah homogen, ya benar sekolahku perempuan semua, berbeda dengan Andre kakak ku ia extrovert dia suka bergaul dan punya banyak teman dari berbagai kalangan.

Seperti biasa setiap pagi aku berangkat dengan Andre karena sekolahku dengan kampusnya searah, Sepulang sekolah Andre bilang jika ia ingin mampir ke rumah temannya untuk mengembalikan barang, sebenernya aku malas namun bagaimana lagi, sesampainya di sana Andre langsung menyapa teman temannya yang sedang melihat motor di depan rumah, tapi entah bagaimana mataku tertuju pada salah satu dari mereka, ia menggunakan sweater putih bergaris, tidak ada momen spesial karena aku hanya duduk di motor, setelah berpamitan aku dan Andre pun pulang. Selama perjalanan aku masih membayangkan sweater putih itu namun aku tidak berani bertanya pada Andre.

Sudah semingguan ini aku masih membayangkannya, entah aku pun bingung aku baru pertama kalinya merasakan hal seperti ini, biasanya aku hanya acuh dan aku memutuskan untuk cerita ke Monic sahabatku tentangnya, sebenernya aku bingung harus mulai seperti apa, aku hanya cerita apa adanya dan respon Monic hanya tertawa, Monic itu kebalikan ku ia sangat ekspresif jadi tidak heran dengan responnya, "ya ampun Selen kamu udah gede ya, hahaha.. udah semingguan kamu masih kepikiran loh" gumam Monic, "ih udah lah aku malu" jawabku, "kenapa kamu gak tanya kakakmu?" tambah Monic, "Kaya ga tau dia aja, yang ada aku di ledekin" jawabku, jelas Monic semakin tertawa "dah ah sakit perut aku ketawa mulu, aku duluan ya" pamit Monic sambil mengatur nafasnya. Jemputan ku telah sampai, aku pun kembali ke rumah dan membaringkan badanku di kasur kamarku.

Hari terus berjalan sama namun entah hari ini Andre telat menjemput ku aku sampai melamun di depan gerbang sekolah, namun aku disadarkan dengan dering telfonku
Andre: Sel maaf ini ban ku bocor
Selen: Loh terus gimana?
Andre: Aku minta tolong temenku jemput kamu
Selen: Ih, kok...

Andre langsung menutup telfonnya karena tau aku akan menolak jadi ia tidak memberiku pilihan . Tak lama aku menunggu akhirnya dia datang, jujur jantungku berdetak kencang di lain sisi aku terkejut ternyata dia yang menjemput ku. "Selen langsung naik aja, keburu hujan ini udah mendung" ucapnya sambil menatapku.

Selama perjalanan aku tak henti meliriknya dari kaca spion, hingga "Sel mau neduh gak? kayaknya bakal deres" ajaknya, jelas aku menyetujui karena aku tidak mau pulang dengan keadaan basah kuyup. Kita pun berhenti di salah satu kafe terdekat dan memesan minuman hangat, rasanya canggung namun entah bagaimana dia terlihat sangat tenang dan membuat topik "Oh ya kita belum kenalan secara resmi ya, aku Juna gak usah pakai kak, Juna aja" ucap lembutnya sambil mengulurkan tangannya, aku meresponnya dengan hangat "aku selen" jawabku lalu kita sedikit berbincang hingga hujan mereda dan pada akhirnya Juna si sweater putih itu mengantarku pulang. Kita di sambut dengan Andre yang menunggu di depan pintu sambil membersihkan sepatutnya, merekapun ngobrol dan aku masuk ke kamar, aku melihat diriku didepan cermin dan tersenyum rasanya seperti terbang.

Pagi ini rasanya berbeda, mungkin karena ini kelasku tidak berangkat karena ada pekan studi untuk kelas 10, tak seperti biasanya aku langsung mandi dan bersiap walaupun sebenarnya tidak ada agenda spesial hari ini. "Duh tumben banget dek, biasanya masih tidur sampai siang" ucap ayah sambil tertawa "biasa lah yah, lagi kasmaran kan kemarin abis di jemput sama Juna" tambah Andre dengan tampang meledek, aku hanya diam dengan wajah malu. Aku pun membantu bunda di dapur bersama Bik Yani untuk mengalihkan perasaan ku yang berbunga bunga sampai akhirnya Andre memanggil ku dan memberikan kabar buruk, ya Juna kecelakaan. Aku sangat terkejut, Andre mengajak ku untuk melihat keadaan Juna, selama perjalanan aku tidak bisa membohongi diriku sendiri jika aku merasa khawatir, sampainya di sana aku melihat banyak perempuan yang sepertinya juga ingin melihat Juna, aku cemburu. Sepertinya Andre peka dengan ekspresi ku dan berbisik "Juna itu dari kecil sudah main teater jangan kaget kalo dia banyak penggemarnya".

Hari demi hari sudah berlalu semenjak kecelakaan itu aku tidak ada komunikasi sama sekali dengan Juna, aku penasaran namun aku tidak punya akses aku malu menanyakan pada Andre, pulang sekolah ini rasanya hampa sekali hingga ada seseorang yang menelpon ku, aku tidak tau ini siapa namum dari suaranya aku sepertinya tau ini Juna
Selen: halo?
Juna: ini nomor Selen kan? Ini Juna
Selen: eh iya, ada apa?
Juna: nanti malam ada festival teater, mau ikut?
Selen: lho Juna udah sembuh?
Juna: kan pertanyaannya Selen mau ikut apa engga kok malah jadi nanyain Juna
Selen: emm, mau deh
Juna: ok, Juna jemput jam 6 ya
Juna langsung menutup telfonnya tanpa membiarkan ku menjawab, jelas aku panik karena aku hanya mempunyai waktu 3 jam untuk bersiap, aku lari meninggalkan Monic dan langsung pulang ke rumah.

Tok..tok..tokk.. suara pintu, aku membuka pintu itu dan mempersilahkan Juna masuk terlebih dahulu katanya ia ingin izin membawaku ke bunda dan ayah, melihatnya aku sangat senang. Kita berangkat ke Taman Budaya Yogyakarta, aku melihat proses mempersiapkan panggung, dari properti,mic , kostum dan masih banyak lagi, Juna meminta ku untuk duluan mencari bangku dan jangan menunggunya, aku mengiyakan dan duduk di dalam concert hall  sendiri. Pertunjukannya sangat seru hingga aku tak sadar jika Juna tak kunjung datang. Saat pertunjukan itu hampir selesai aku mulai sadar jika Juna tidak datang, aku mencoba menghubunginya namun tidak ada respon, aku takut.

Perhatianku di alihkan dengan pertunjukan selanjutnya, karya Harjuna Putra. Ya benar itu nama Juna, aku semakin di kejutkan karena ia melakukan monolog dengan namaku sebagai judul karyanya 'Selen the moon'. Pada akhirnya karyanya ia menyatakan perasaannya padaku "cahaya bulan memang indah, namun Selen lebih indah". Lampu lampu sorot hanya menyinari aku dan Juna, aku bingung hingga ia memproklamasikan bahwa 28 Mei 2015 kami resmi menjadi pasangan, hingga 28 Mei 2020 kami resmi menikah, dan aku sudah menjadi abadi dalam karya karyanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun