Semakin berkembangnya teknologi, begitu juga hiburan yang tersedia bagi anak-anak. Mainan-mainan tradisional seperti mobil-mobilan, boneka, gasing, dan masih banyak lagi sudah tergantikan dengan teknologi seperti ponsel, komputer, tablet, dan lain-lain. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), pada tahun 2022, sebanyak 89 persen atau sekitar 167 juta penduduk Indonesia telah menggunakan ponsel pintar. Selain itu, kebanyakan anak yang berusia 3 tahun di Indonesia sudah mendapatkan ponsel pribadi.Â
Hal ini berpengaruh buruk terhadap pikiran anak yang masih berkembang yang dapat membentuk karakter. Menurut KBBI, moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi pekerti. Hal ini tentulah menjadi dasar karakter seseorang dalam berperilaku kemanusiaan yang baik.Â
Perkembangan teknologi bukanlah hal yang buruk, namun banyak orang yang menyalahgunakannya. Banyak orang tua yang melepas anaknya ke dalam dunia internet dikarenakan cara termudah mendistraksi anak adalah memberikannya ponsel dan bermain gim atau terjun ke dunia internet. Banyak hal-hal yang dinilai tidak baik dan menjadi contoh yang buruk apabila ditonton dengan anak-anak yang masih dalam masa perkembangan.Â
Menurut Pemkot Pontianak (2022), internet dapat membuat anak menjadi pribadi tertutup, gangguan tidur, suka menyendiri, perilaku kekerasan, pudarnya kreativitas, dan ancaman cyberbullying. Hal ini tentunya berpengaruh pada moral anak dimasa depan. Masa depan kita bergantung kepada generasi berikutnya yang menjadi pilar di masa depan, berkurangnya moral yang baik bisa mengancam negara.Â
Anak-anak yang menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar berisiko mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa, kemampuan sosial, dan kemampuan pemecahan masalah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya interaksi langsung dengan orang lain dan menutup diri. Kurangnya sosialisasi dapat menyebabkan pengetahuan mengenai dunia luar kurang dan berempati yang berpengaruh kepada moral.
Waktu di depan layar yang berlebihan, terutama konten-konten yang tidak sesuai usia dapat mempengaruhi emosi anak. Konten-konten seperti kekerasan, konten tidak mendidik, atau perilaku negatif di media dapat membentuk pola pikir yang buruk dikarenakan diberikan contoh yang buruk. Anak-anak yang memiliki kecenderungan mengikuti apa yang mereka lihat bisa mencontohkan hal-hal buruk tersebut di dunia asli dan menjadi kebiasaan buruk di hari yang akan datang.Â
Anak-anak belajar nilai moral, seperti kejujuran, kerja sama, dan rasa hormat, melalui interaksi langsung dengan orang tua, guru, dan lingkungan sekitar. Jika waktu mereka lebih banyak dihabiskan di depan layar, maka kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran ini menjadi terbatas.
Beberapa solusi yang bisa ditawarkan adalah mengawasi anak untuk mengkonsumsi konten-konten yang positif. Konten edukasional juga baik untuk anak sehingga bisa belajar hal-hal baru dari internet. Solusi lain adalah membatasi waktu layar anak. Dokter menganjurkan anak 3-6 tahun mendapatkan waktu layar sejam saja, sedangkan 7-12 tahun mendapatkan waktu layar 90 menit (1 jam 30 menit) agar tidak mengganggu perkembangan anak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H