Mohon tunggu...
Clement Darielle Tjhang
Clement Darielle Tjhang Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya adalah seorang pelajar yang gemar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teknologi sebagai Solusi Pendidikan Masyarakat Miskin

27 April 2024   23:10 Diperbarui: 27 April 2024   23:11 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemiskinan merupakan masalah yang besar di Indonesia. Menurut World Population Review 2024, Indonesia termasuk dalam 100 negara termiskin di dunia. Lebih lagi, Badan Pusat Statistika (BPS) mencatat bahwa angka kemiskinan di Indonesia masih tinggi. Hingga Maret 2023, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,9 juta orang atau 9,36%. Garis kemiskinan di Indonesia pada Maret 2023 tercatat sebesar Rp550.458,-/kapita/bulan. Maka, 25,9 juta orang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan tersebut.

Kemiskinan di Indonesia ini menjadi masalah karena dampak yang ditimbulkannya. Kemiskinan di Indonesia yang tinggi menunjukkan kesejahteraan di Indonesia yang rendah. Karena kurangnya uang, banyak masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Dampak dari kemiskinan ini dapat dilihat dari banyaknya anak-anak di Indonesia yang mengalami stunting karena kurangnya gizi. Akibatnya, banyak anak-anak di Indonesia memiliki tinggi badan di bawah rata-rata pada umur mereka. 

Selain stunting, masyarakat miskin juga lebih rentan terkena penyakit. Ini disebabkan oleh kurangnya dana untuk membayar harga perawatan dan pengobatan yang sangat tinggi. Sungguh miris rasanya saat mengetahui bahwa karena pendapatan yang rendah, seseorang tidak bisa memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri yang bahkan bisa menyebabkan kematian. Menurut penelitian National Institutes of Health(NIH), pasien miskin memiliki angka dan kematian yang lebih besar, bahkan 10 tahun lebih muda dibandingkan pasien dengan latar belakang yang kaya. Hal ini karena masyarakat miskin tidak mampu membiayai sanitasi yang diperlukan untuk hidup dengan sehat. Oleh karena itu, banyak masyarakat miskin yang rentan terhadap penyakit. 

Ada banyak faktor penyebab kemiskinan di Indonesia. Salah satunya adalah kurangnya pendidikan. Menurut penelitian dari Universitas Indraprasta PGRI, semakin rendah tingkat pendidikan, maka akan semakin tinggi tingkat kemiskinannya, dan juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pendidikan dan tingkat kemiskinan di Indonesia. Orang yang kurang beruntung seringkali memilih untuk tidak menjunjung tinggi pendidikan. Dalam jangka panjang, hal ini akan menyulitkan mereka untuk keluar melampaui garis kemiskinan. Mereka tidak akan memiliki keterampilan dan kompetensi yang cukup untuk mencari pekerjaan. 

"Orang miskin melahirkan anak miskin", pepatah yang banyak dibicarakan dan cukup menggelitik di hati. Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin seringkali tidak memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan yang maksimal karena harus membantu kondisi ekonomi di rumah. Pada akhirnya, anak yang berasal dari keluarga yang miskin juga akan memiliki kondisi ekonomi yang buruk akibat pendidikan yang tidak maksimal. Siklus ini dapat berlangsung secara terus-menerus sampai generasi berikutnya. Maka, rantai kemiskinan ini harus diputuskan secepatnya agar tidak berulang ke generasi berikutnya. 

Di zaman sekarang, teknologi sudah membawa revolusi dalam cara kita mengakses konten pendidikan. Informasi-informasi yang ada di internet dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Hal ini membuka peluang bagi masyarakat kurang mampu untuk belajar dan mendalami ilmu seperti orang yang berkecukupan. Dengan internet, seluruh sumber belajar seperti kursus daring dan video pembelajaran menjadi mudah untuk diakses. Banyak materi pembelajaran dapat diakses secara gratis juga di internet. 

Perangkat pendidikan interaktif ini dapat memperkuat pemahaman masyarakat mengenai pembelajaran di sekolah. Perangkat tersebut dapat memberikan pembelajaran kepada masyarakat miskin, terlebih yang tidak memiliki sarana guru untuk belajar. Ini dapat menjadi solusi dari krisis pendidikan masyarakat miskin. Dengan bantuan teknologi, rantai kemiskinan akibat kurangnya pendidikan dapat terputus. Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk mencari pekerjaan dapat dipelajari dari internet. Akhirnya, masyarakat dapat hidup dengan layak keluar dari status kemiskinan. 

Keberadaan teknologi dan pendidikan interaktif dapat menjadi perantara pendidikan masyarakat miskin, akan tetapi, hal ini tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan dari pemerintah dan pihak berwenang. Program seperti one laptop per child, dapat diterapkan untuk memastikan masyarakat miskin memiliki perangkat yang memadai untuk mengakses pendidikan melalui teknologi. Program seperti subsidi perangkat dan internet dapat memudahkan masyarakat miskin untuk mengakses pendidikan yang memadai.Sosialisasi yang baik mengenai cara penggunaan teknologi juga penting untuk memastikan pendidikan bisa diterima dengan baik. 

Kesimpulannya, kemiskinan memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat di Indonesia. Salah satu penyebab dari kemiskinan ini adalah kurangnya pendidikan. Untuk mengatasi masalah ini, teknologi dapat menjadi solusi pendidikan bagi masyarakat miskin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun