Yogyakarta-Perjalanan yang jauh dan berkelok, bukit-bukit kapur dan terik matahari yang menyambut kala itu. Namun lelah terbayar ketika disambut oleh anak-anak Pedukuhan Banjar, Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta.
Tepus, Gunung Kidul menjadi salah satu lokasi untuk melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) seajack tahun 2015. Medan perjalanan yang berbatu dan berliku membuat Kurangnya tenaga kerja pendidikan bagi anak-anak di Tepus Pada hari Minggu (10/11), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UAJY menggagas pengabdian masyarakat untuk anak-anak SD yang berada di Tepus Gunung Kidul.
Pedukuhan Banjar menjadi tempat mengajar para anak-anak yang masih duduk di bangku SD. Anak-anak mengatakan kalau mereka antusias namun mereka malas untuk belajar. Menggunakan senjata rayuan untuk belajar, anak-anak mengatakan mau untuk belajar dengan cara yang berbeda, seperti menggunakan kuis, nyanyian bahkan pantun. Dita, (11) yang duduk dibangku kelas 6 SD mengatakan ingin belajar bahasa Inggris.Â
Namun sayangnya tidak adanya tenaga pengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di Tepus membuat anak-anak kesulitan dalam belajar Bahasa Inggris. "Aku kepengen belajar bahasa inggris tapi aku gak bisa", ucap Dita ketika ditanya ingin belajar apa siang itu.
Sekitar pukul 14.00, anak-anak dari Pedukuhan Gunung Buthak tiba dan menambah riuh suasana belajar dan disambut oleh gegap gempita anak-anak, dan tidak jarang ketidak sukaan anak-anak terhadap kedatangan anak-anak dari Pedukuhan Gunung Buthak.Â
Suasana semakin meriah ketika anak-anak meminta untuk menyanyi lagu-lagu campursari dan dangdut ditengah-tengah proses belajar. Lagu-lagu dengan judul seperti "bojo galak", "mundur alon-alon", dan "salah apa" dinyanyikan dengan lancar dan anak-anak terlihat sangat hafal dengan lagu-lagu seperti itu.
"Aku nanti kalau sudah besar ingin jadi penyanyi soalnya aku suka nyanyi kak", ucap Fiana (10) ketika ditanya apa cita-citanya kelak. Sebagian besar anak-anak lainnya memiliki cita-cita sebagai guru karena ingin mengajarkan teman dan generasi berikutnya menjadi pintar.
Ketika hendak usai proses pembelajarannya anak-anak mengeluh karena masih ingin melanjutkan proses belajar mereka, dan bersorak bahagia ketika diberitahu bahwa kelompok akan kembali lagi pekan depan. Para anak-anak tidak keberatan diberikan pekerjaan rumah, bahkan mengatakan bahwa mereka dengan senang hati akan mengisi pekerjaan rumah dengan panjang.