Mohon tunggu...
CLC Purbalingga
CLC Purbalingga Mohon Tunggu... -

Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga adalah komunitas para pecinta film di wilayah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Komunitas ini berdiri pada 4 Maret 2006. CLC tergabung dalam lembaga asosiasi Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB). Aktivitas CLC Purbalingga memberikan fasilitasi dan pendampingan kepada individu atau komunitas film dan masyarakat pada umumnya di wilayah Purbalingga dan bersama JKFB di wilayah Banyumas Raya (Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Banjarnegara). Aktivitas ini mewujud, antara lain: Workshop Film, Produksi Film, Pemutaran Film, Database Film, Distribusi Film, dan Festival Film. Alamat: Jl. Puring No. 7 Purbalingga, Jawa Tengah 53353. Email: clc_purbalingga@yahoo.com Hp: 08128062020

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

“Lawuh Boled” Film Pendek Terbaik StoS Film Festival 2014

19 Maret 2014   08:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:45 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1395168923203249306

[caption id="attachment_316140" align="aligncenter" width="500" caption="Penghargaan Film Pendek Terbaik StoS Film Festival 2014"][/caption]

“Lawuh Boled” sutradara Misyatun siswi SMK Rembang Purbalingga berhasil menyabet StoS Award kategori film pendek di ajang South to South (StoS) Film Festival 2014. Film yang diproduksi Pedati Film ini berhasil menyisihkan lima film nominator dari berbagai kota di Indonesia.

Direktur Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga Bowo Leksono mewakili pembuat film “Lawuh Boled” menerima penghargaan Stos Award dari Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Albert Nego Tarigan saat malam penganugerahan StoS Film Festival, Selasa, 18 Maret 2014, di GoetheHaus Pusat Kebudayaan Jerman di Jakarta.

Misyatun tidak menghadiri malam penganugerahan dikarenakan sudah duduk di bangku kelas XII sehingga harus menyiapkan ujian sekolah dan ujian nasional. “Kami senang dan bangga, film kami yang berbicara tentang ketimpangan sosial di lingkungan kami, mampu berkiprah di tingkat nasional,” tutur sutradara yang hobi menulis ini.

Salah satu dewan juri film pendek Damar Ardi dalam rasionalisasinya mengatakan, film Lawuh Boled menjadi yang terbaik karena disamping baik secara teknis juga sangat kuat dalam mengangkat isu sosial tentang kekurangan pangan. “Realita semacam ini masih terus terjadi di lingkungan kita,” ungkap programer XXI Short Film Festival.

Film pendek “Lawuh Boled” berkisah tentang sebuah keluarga, dengan ibu yang buta huruf. Ketidakmampuan membaca ini seperti dimanfaatkan oleh ketua RT dalam memberikan kupon beras jatah Raskin. Alhasil, keluarga itu, di hari itu, hanya mengonsumsi ketela pohon yang direbus karena tidak ada nasi untuk dimasak.

Film yang diproduksi 2013 ini telah menyabet berbagai penghargaan ajang festival film seperti film fiksi pendek terbaik Malang Film Festival 2013, film terbaik Gayaman Award Festival Film Solo 2013, film fiksi pendek terbaik Festival Film Purbalingga 2013, film terbaik Psychofest 2013, serta sutradara berbakat (Iqbal Rais Award) Piala Maya 2013.

Sementara StoS Film Festival yang digelar dari 14-18 Maret 2014 di Jakarta merupakan festival film dua tahunan yang fokus pada isu lingkungan, sosial, dan budaya. Festival ini menawarkan ragam program yang membuka cakrawala persoalan lingkungan baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun