[caption id="attachment_319775" align="alignnone" width="500" caption="Pemutaran Film"][/caption]
Belum lagi layar tertancap di halaman belakang, hujan deras mengguyur seputaran Kota Purbalingga sejak sore hari. Bioskop Rakyat (Biora) yang sedianya dengan konsep bioskop terbuka pun akhirnya dilakukan di dalam ruangan.
Namun demikian, tidak menyurutkan semangat anak-anak muda Purbalingga menghadiri program Biora yang digagas Cinema Lovers Community (CLC) untuk menyaksikan pemutaran film dan diskusi bertema Pemilu pada Sabtu malam, 12 April 2014 di Markas CLC jalan Puring nomor 7 Purbalingga.
Kali ini, film yang diputar untuk diapresiasi dan sekaligus sebagai pemantik diskusi berjudul “Children of a Nation” produksi Fictionary Films yang disutradarai Sakti Parantean. Film dokumenter berdurasi 77 menit itu bekisah tentang sejarah dan sisi lain Pemilihan Presiden 2009 dengan sudut pandang kuat dari para pembuat filmnya tentang apa yang mereka lihat dan rasakan pada masa kampanye Pemilihan Presiden di Indonesia. Sebuah pengalaman yang berdampak besar, yaitu bagaimana bangsa ini akan berjalan dalam 5 tahun ke depan.
[caption id="attachment_319776" align="alignnone" width="500" caption="Diskusi Pemilu"]
Diskusi Pemilu
Pada sesi diskusi, muncul beberapa pertanyaan dari penonton pada narasumber yang terdiri dari Endang Yulianti, S.H., M.H. Divisi Bidang Penanganan Pelanggaran dan Penyelesaian Sengketa Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten Purbalingga, Pengamat Politik Unsoed Indaru Setyo Nurprojo, S.IP., M.A. dengan dimoderatori Bangkit Wismo, S.IKom dari braling.com. Sementara pembicara lain, Mey Nurlela, S.S. dari Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Hubungan Antarlembaga Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Purbalingga berhalangan hadir.
Menjawab pertanyaan mengapa Panwaslu tidak mempunyai daya untuk menindak pelanggaran Pemilu, Endang Yulianti menjelaskan karena sistemnya tidak memungkinkan untuk itu. “Undang-undang kan yang membuat legislatif, jadi bagaimana itu dibuat untuk menguntungkan mereka saat Pemilu,” jelasnya.
Sementara Indaru Setyo Nurprojo lebih melihat bagaimana peta politik lokal di Purbalingga yang juga didasari pada peta politik nasional. “Kita disini tentu sepakat bahwa ke depan yang akan memimpin Purbalingga bukan lagi wajah-wajah lama yang tidak banyak diharapkan. Harus muncul generasi muda yang tampil,” tegasnya.
Penanggung jawab Biora, Canggih Setyawan mengatakan, pemutaran film dan diskusi yang didukung In-Docs ini sebagai bagian dari partisipasi politik anak muda Purbalingga. “Lewat film kami belajar pendidikan politik, setidaknya ketika kami memutuskan untuk memilih atau tidak memilih dalam Pemilu, ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan,” katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H