Mohon tunggu...
Engkong
Engkong Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Lima Tahun Organisasi di Bekasi

24 Mei 2016   23:55 Diperbarui: 25 Mei 2016   00:09 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Organisasi konon diartikan sebagai ruang kumpul, bekerjasama secara rasional, sistematis, terkendali dan terpimpin. Ada juga yang berpendapat, organisasi terdiri dari kata organon yang berarti alat. Organon berasal dari bahasa Yunani yang artinya orang yang bersama-sama untuk menggapai tujuan.

Masih banyak lagi pemahaman dengan organisasi. Tapi tetap satu tujuan, yakni menjadi wadah kumpul mereka yang ingin mencapai tujuan secara rasional dan terukur. Skil dan kemampuan orang biasanya menjadi cerminan untuk bisa ditunjuk sebagai pemimpin organisasi tersebut.

Sayangnya, pengalaman berorganisasi sebagian di Kota Bekasi ukurannya bukan dari kemampuan sumber daya, ataupun kemampuan berorganisasi secara masif. Uang, atau materi selalu menjadi ukuran pelaksanaan teori program dalam organisasi itu. Makanya, tak salah bila disebut organisasi itu akan bodoh bila dipimpin oleh orang yang bodoh.

Sebab, banyak pemimpin tak berkonsep selalu berlomba-lomba mencari dukungan untuk bisa menjadi pemimpin lima tahun kedepan. Berusaha mengiming-imingi dengan rayuan maut. Bisa dibilang, jika diminta mencium ketiak si pemilih, bakal besar kemungkinan bisa dilakukan, demi kemenangan. Ukuran program, tidak ada, nol besar, hingga ide kreatifitas berpikir pun tidak pernah terlihat.

Sama halnya pemilihan legislatif lima tahunan. Rakyat selalu dijejali janji-janji manis. Satu tahun ingin melakukan pencoblosan, diberikan janji mimpi. Dua bulan menjelang pemilihan, diberikan perkataan janji, satu hari menjelang pemilihan diberikan janji uang. Hasilnya, lihat di gedung dewan Bekasi berapa banyak anggota yang terhormat tidak mencerminkan wakil rakyat. Berselingkuh, korupsi, sampai ada yang menakut-nakuti pengusaha agar mendapatkan uang. Luar biasa !?

Beda dengan organisasi RT dan RW. Organisasi ini tulus, dan profesional. Sayangnya, sebagian besar pemuda maupun orang dewasa enggan masuk ke ruang lingkup organisasi tersebut. Apa masalahnya. Kenapa enggan, kenapa menertawakan organisasi tingkat RT dan RW. Padahal, organisasi itu jelas dan memiliki program melayani masyarakat.

Dibanding dengan organisasi remaja tingkat Kota Bekasi dengan mainset nasional, jauh tertinggal dibanding dengan wadah RT. Buktinya, apa yang dihasilkan dari organisasi yang setiap tahun mencairkan dana Rp 150 juta dari uang rakyat. Apakah masyarakat Kota Bekasi merasakan uang tersebut. Program tidak ada yang berjalan.

Setiap kali pergantian kepemimpinan, organisasi itu hanya membicarakan soal pembagian kue. Tidak rata, maka ada satu kelompok oposisi. Jika pemimpinnya serakah, sering terjadi oposisi berjamaah dan kemudian melahirkan kudeta atau biasa dikenal sebagai musyawarah luar biasa.

Lalu dibanding organisasi RT, mereka profesional. Setiap bulan memikirkan uang iuran sampah, keamanan dan langsung didistribusikan ke penerimanya. Meski hanya diberi gaji Rp 300 ribu setiap bulan, tapi tidak ada kesalahan penyaluran uang masyarakat. Mereka profesional, tidak pernah memikirkan pembagian kue. Mereka hanya memikirkan daerahnya aman dan tentram. Program selalu dijalankan, seperti perayaan tujuh belasan agustus, kemudian hari raya besar keagamaan. Kongkrit ?!

Foto

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun