[caption id="attachment_90633" align="alignleft" width="300" caption="uang receh Rp. 100"][/caption] Banyak sepasang mata yang melihat uang receh Rp. 100 tersapu saat dikelas tapi tidak ada satupun yang mengambilnya bahkan menyentuhnya. Orang yang sedang menyapupun berlagak seperti tidak ada apa-apa dan menganggap uang Rp. 100 bagian dari sampah. Akhirnya terbuanglah uang Rp. 100 ketempat sampah bersama sampah dan debu. Saya yang juga melihat hanya bilang " tuh ada uang Rp . 100, gak diambil?" yang sedang menyapu hanya bilang "gak ada harganya". Persitiwa itu langsung mengingatkan saya atas kenangan indah bersama Rp. 100 sewaktu SD dulu, dimana uang Rp. 100 masih dapat saya jajankan. Ceritanya pada tahun 2000 saya masih kelas 1 SD. Suatu hari lupa bawa ongkos sehingga tidak ada uang sama sekali disaku. Hari itu kebetulan sedang panas-panasnya dan saya sangat haus, tiba-tiba saat saya berjalan dihalaman sekolah saya menemukan uang Rp. 100 yang langsung saya belikan satu buah es mambo. Kala itu perasaan sangat senang sekali menemukan uang Rp. 100 karena dapat menghilangkan rasa dahaga saya. Kenangan indah bersama Rp. 100 itu selalu teringat ketika saya melihat uang Rp. 100 yang terbuang sia-sia seperti sampah.  Mau dianggap sampah bukan karena memiliki harga tapi harga Rp. 100 dapat dibelikan apa coba? untuk beli permen saja tidak dapat, bahkan pengemispun akan bergerutu jika diberi Rp. 100. Uang Rp. 100 memang memiliki harga tapi harganya sangat kecil,  mungkinkah akan bernasib sama seperti uang Rp. 50, Rp. 1, Rp. 5 yang sudah jarang atau tidak digunakan lagi? Padahal banyak orang bilang gak bakal ada uang sejuta tanpa Rp 100, tapi memang  sudah nasibmu uang Rp. 100, berharga tapi terbuang. sumber gambar disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H