Istana Surosowan merupakan Istana Kesultanan Banten yang dibangun pada tahun 1526 pada masa kepemimpinan Maulana Hasanudin dan Pangerang Fatahillah. Istana berbentuk segi empat dengan luas sekitar 3 hektar ini hampir rata dengan tanah karena dihancurkan oleh Belanda dibawah pimpinan Daendles pada November 1808. Penghancuran istana ini diakibatkan oleh penolakan sultan Banten untuk mengirimkan rakyatnya dalam pembangunan jalan Anyer-Panarukan.
[caption id="attachment_164281" align="aligncenter" width="614" caption="Benteng depan Istana Surosowan"][/caption]
Walaupun Istana ini hampir rata dengan tanah dan hanya bentengnya saja yang masih berdiri kokoh namun masih banyak wisatawan yang tertarik untuk menulusuri sisa kemegahan Istana ini. Mayoritas dari wisatawan awalnya ingin berkunjung atau ziarah di Masjid Agung Banten yang letaknya dekat dengan Istana Surosowan. Namun saat melihat benteng istana ini mereka ingin tahu dan menyempatkan untuk berkunjung ke Istana Surosowan.
Awalnya saya dan keluarga ingin berkunjung ke Masjid Agung Banten. Namun, karena begitu ramai membuat saya dan kaka saya lebih memilih untuk menulusri Istana Surosowan sedangkan orang tua saya berkunjung ke Masjid Agung Banten. Terlihat dari luar hanya benteng Istana yang terbuat dari batubata dengan ukuran umumnya dalah 15 x 30 cm,  kapur dan pasir. Ada beberapa pintu gerbang untuk masuk kedalam Istana namun semuanya ditutup oleh gerbang tralis dan dapat masuk hanya lewat pintu gerbang paling depan yang pintu tralisnya sudah jebol. Tidak ada penjaga dan masukpun gratis.
[caption id="attachment_164283" align="aligncenter" width="614" caption="Istana yang hampir rata dengan tanah berlatar belakang menara Masjid Agung Banten"]
[caption id="attachment_164287" align="aligncenter" width="614" caption="sisa reruntuhan Istana yang sulit dibayangkan bagaimana bentuk aslinya"]
Sejauh mata memandang hampir terlihat hanya sebidang tanah yang ditumbuhi rumput dan ilalang dengan dikelilingi  Benteng. Disisi benteng terdapat beberapa pintu untuk masuk kedalam benteng yang sangat gelap dan terdengar suara angin berhembus dari dalam.
Menelusuri ke tengah Istana terlihat bagian istana yang masih paling utuh setelah benteng yaitu kolam pemandian Rara Denok.  Kolam Rara Denok berbentuk persegi empat dengan panjang sekitar 30 meter dan lebar 14 meter. Sementara kedalamannya mencapai 4,5 meter. Di tengah pemandian terdapat kolam yang ukurannya lebih kecil, tempat istirahat bernama Bale Kambang. Berdasarkan info yang didapat bahwa Air yang berada dalam pemandian tersebut berasal dari danau Tasik Ardi dimana sebelum dialairkan ke kolam Roro Denok mengalami proses penjernihan tiga tingkat terlebih dahulu dengan cara dialirkan ke bangunan pengindelan (penjernihan) Merah, Putih dan Emas. Terlihat sekali bahwa pada masa tersebut sudah mampu menguasai teknologi pengolahan air keruh menjadi air layak pakai. Kini, kolam Rara Denok hanya berisi air yang berwarna hijau dan ditinggali oleh ikan.
[caption id="attachment_164284" align="aligncenter" width="614" caption="Kolam Rara Denok"]
Pada sisi timur Istana dekat benteng  terdapat kolam lainnya. Pada kolam ini terlihat jelas sumber air berasal dialiri dari luar benteng dan terdapat celah jalur keluar/masuk air yang menembus benteng hingga bagian luar. Pada kolam ini terdapat tangga yang menjadi jalan kedasar kolam.
[caption id="attachment_164285" align="aligncenter" width="614" caption="Kolam disisi timur Istana"]
Beralih kebagian lain dari istana hanya terlihat susunan batu bata merah yang tingginya kurang lebih 50 cm sehingga sangat sulit sekali mengimajinasikan bagaimana bentuk dan megahnya istana ini. Berjalan terus kebagian belakang Istana dan berpindah ke sudut timur belakang istana terdapat sumur yang tak lagi dalam namun masih terisi oleh air jernih. Dekat kolam terdapat celah pada Benteng yang tak diketahui apa fungsinya. Lalu saya menaik keatas Benteng melalui tangga dan berjalan melihat Istana dari atas Benteng hingga kedepan gerbang Istana.
[caption id="attachment_164330" align="aligncenter" width="560" caption="sumur dekat sudut timur belakang benteng"]
Berakhirlah menelusuri sisa Istana Surosowan. Walaupun hanya dapat melihat sedikit sisa dari Istana ini namun tetap berkesan. Hampir rata dengan tanah bukanlah penghalang daya tarik Istana ini. Dari sini kita dapat melihat bahwa begitu gigihnya perjuangan masyarakat Banten menghadapi penjajah. Namun, apa yang dibalas dari kegigihan mereka? Ya, istana ini terlihat tak terawat dan tanpa penjaga. Sampah berserakan, aksi vandalisme mewarnai sisi Benteng dan ilalang yang perlahan mulai meninggi. Terlihat aksi nyata hanya membanguan ulang beberapa bagian istana dan menutup pintu masuk Istana yang kini sudah rusak.
Kini saya berharap semoga pemerintah Provinsi Banten lebih memerhatikan benda cagar budaya ini. Bukanlah hal yang tidak mungkin dengan terawatnya Istana ini maka pengunjung makin banyak dan lebih mengetahui tentang sejarah Banten. #semua foto adalah dokumen pribadi Lihat jugahttp://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2011/02/07/berziarah-di-masjid-agung-banten/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H