Hari pengambilan raport adalah hari yang mempunyai moment berbeda-beda bagi setiap murid. Dimana para murid beserta orang tuanya datang berbondong-bondong kesekolah untuk melihat hasil belajar selama satu semester. Ada yang senang karena dapat rangking dan ada pula yang sedih karena mendapat nilai kurang memuaskan, tapi ada juga yang biasa-biasa saja terhadap nilai raportnya. [caption id="" align="alignleft" width="300" caption="sumber kampungtki.com"][/caption] Banyak teman-teman yang bercerita bahwa setiap nilai raportnya jelek maka dimarahi sama orang tuanya bahkan sampai ada yang dihukum. Tentunya suatu hukuman adalah suatu pembelajaran asalkan jangan menghukum sampai berlebihan. Memarahi anak juga terkadang dibilang sebagai bentuk kasih sayang orang tua kepada anaknya. Berharap agar dengan dimarahi maka anaknya dapat melakukan yang terbaik dan tidak mengulangi nilai jeleknya. Tapi, banyak anak yang merasa dimarahi dan dihukum adalah sebuah ancaman. Bagi yang nilainya bagus dan dapat rangking 10 besar pasti orang tuanya akan sangat bangga kepadanya. Ada pula orang tua yang memberikan hadiah kepada anaknya. Orang tua yang merasa bangga terhadap anaknya akan mengumumkan keberhasilan anaknya karena telah meraih rangking. Jadi, bagi yang nilainya bagus tak perlu resah akan dimarahi orang tua karena nilai jelek. Berbeda dengan yang nilainya kurang bagus. Ada yang dimarahi orang tuanya ada juga yang tidak. Merasa beruntunglah bagi yang mempunyai orang tua pengertian. Saat nilai anaknya jelek orang tuanya  berkata "Yah, payah kamu" atau "ya sudah nanti semester berikutnya ditingkatkan lagi nilainya". Jika sang anak mempunyai orang tua yang seperti itu maka tenanglah hatinya. Sepertinya orang tua yang pengertian sadar bahwa memarahi anak bukanlah jalan terbaik. Mereka beranggapan ada jalan yang lebih baik lainnya seperti menjadi motivator bagi anaknya, membekali anaknya dengan kegiatan bimbel, memantau anaknya belajar dirumah, menunjukan rasa kasih sayangnya dan lainnya. Sehingga memarahi hanyalah jadi jalan terakhir yang bisa ditempuh. Selain itu orang tua pengertian mungkin enggan memarahi ankanya karena ia sadar bahwa kepandaian setiap manusia berbeda-beda. Dia sadar bahwa anaknya memang tidak berbakat di fisika tapi berbakat di musik. Dia sadar bahwa saya waktu masih duduk dibangku sekolah juga sama ada beberapa nilai yang kurang bagus. Dia juga sadar bahwa nilai kurang bagus anaknya bukan berasal dari kesalahan anaknya sendiri. Jadilah orang tua yang pengertian selalu intropeksi diri, bukan hanya mengintropeksi sepihak saja kepada anaknya. Jadilah anak-anak yang merasa sudah belajar giat tapi tetap mendapat nilai kurang bagus berharap akan orang tuanya berfikir pengertian. Sang anakpun berkata "orang tuaku pengertian, aku akan berusaha memperbaiki nilai dengan penuh semangat tanpa tekanan dari siapapun". Sedangkan beda lagi jika sang anak berkata "Orang tuaku selalu memarahiku saat nilai jelek, akupun terpaksa membuat nilaiku bagus". Pastilah kita semua sudah dapat membedakan bagaimana sesuatu yang dilakukan dengan keterpaksaan dan tanpa  tekanan. Anaknya yang berusaha keras dan merasakan proses belajar pasti berharap semoga orang tuaku pengertian dan menghargai hasil kerja kerasku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H