Peran Mahasiswa Menyukseskan Indonesia Sehat Untuk Menuju Indonesia Maju Melalui Gerakan GEBER
"Rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin." Pesan ini tertera dalam setiap bungkus rokok yang ada di Indonesia. Setiap perokok, sebelum mengambil dari bungkus rokok dan menghisapnya akan membaca tulisan tersebut. Namun kenyataannya, prevalensi perokok di Indonesia tidaklah menurun melainkan terus membumbung. Sebanyak 4,8% dari 1,3 miliar perokok dunia ada di Indonesia.Â
Mahasiswa sebagai generasi penerus untuk mendukung Indonesia sehat yaitu dengan gerakan GEBER (GErakan BErhenti meRokok). Dengan bekal ilmu pengetahuan dari perguruan tinggi, karakter, serta semangat jiwa muda yang dimiliki diharapkan mahasiswa dapat memainkan peran sebagai agen perubahan untuk mewujudkan Indonesia yang sehat untuk menuju Indonesia yang maju dan sejahtera.Â
Mahasiswa adalah agen perubahan, sesuai dengan fungsi Agent of Change dan kehadiran mereka diharapkan dapat membawa perubahan terhadap keadaan masyarakat Indonesia agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mahasiswa harus mampu melihat permasalahan di sekitarnya dalam hal ini memberikan pembinaan dan mendorong masyarakat untuk ikut melaksanakan SDGs.
Peran Mahasiswa Menyukseskan Indonesia Sehat ntuk Menuju Indonesia Maju Melalui Gerakan GEBER
Indonesia menduduki urutan ke-3 jumlah perokok terbesar dunia setelah India dan Cina. Sebanyak 46% perokok ASEAN berada di Indonesia (TCSC-IAKMI-KPS PDKT, 2010). Kelompok keluarga miskin mempunyai prevalensi merokok lebih tinggi daripada kelompok pendapatan keluarga kaya.Â
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2003--2005 Indonesia menyebutkan 73,8% kepala rumah tangga miskin di perkotaan adalah perokok (Susanto, 2010). Menurut survei Indonesia Forum on Parlianmentarians for Population and Development (IFPPD, 2009), dari 19 juta keluarga miskin di Indonesia 63% dari keluarga miskin ini kepala rumah tangganya adalah perokok. Jika sehari rata-rata 10 batang rokok dihisap maka mereka telah membelanjakan Rp 23 triliun pertahunnya untuk rokok (Sujai, 2009).
Survey yang dilakukan Public Health Journal Nutrition pada Januari 2007 menyebutkan bahwa pengeluaran mingguan keluarga miskin perkotaan dengan ayah perokok, sebanyak 22% digunakan untuk pembelian rokok, 19% pembelian beras, 16% sayur, baru sisanya untuk keperluan lain (TCSC, 2008). Menurut Riskesdas 2007, mereka memiliki pengeluaran rokok kretek filter sebesar 7,93% untuk perkotaan dan 5,9% di pedesaan.Â
Di kota Surabaya, konsumsi perokok terbesar adalah rokok jenis kretek dengan filter sebanyak 75,8%, dengan banyaknya rokok yang dihisap tertinggi adalah 1-12 batang/hari yaitu sebanyak 86,4% (Riskesdas Tahun 2007). Hasil Survei Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, menemukan besarnya pengeluaran untuk rokok adalah Rp 3.545 per hari atau Rp 106.350 per bulan. Ini setara dengan 26% penghasilan buruh tani tembakau per bulan.Â
Dengan kata lain, seperempat upah buruh habis untuk dibakar. Harga satu bungkus rokok merek terkenal setara dengan setengah kg telur, 2 kg beras, 1 liter minyak goreng dan lainnya. Jadi sebenarnya orang miskin bisa membeli makanan bergizi jika tidak membeli rokok.
Apa saja efek negative yang diberikan oleh rokok apabila di konsumsi oleh masyarakat? Bahaya merokok bagi kesehatan tubuh tidak perlu diragukan lagi. Berbagai penyakit berbahaya dapat disebabkan oleh kebiasaan buruk ini. Tak hanya perokok aktif, rokok juga berbahaya bagi siapa pun yang menghirup asapnya atau perokok pasif.Â