Pesarehan Gunung Kawi, terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur, bukan hanya sekadar destinasi wisata spiritual, tetapi juga tempat yang penuh sejarah dan nilai budaya. Tempat ini telah lama dikenal sebagai salah satu pusat ziarah di Indonesia yang menarik peziarah dari berbagai wilayah, yang datang dengan beragam niat, mulai dari mencari ketenangan, memohon berkah, hingga sekadar mengagumi keindahan alam sekitarnya.
 Sejarah Singkat Pesarehan Gunung Kawi
Pesarehan ini merupakan tempat peristirahatan terakhir dari Mbah Djoego dan Raden Mas Iman Soedjono, dua tokoh yang sangat dihormati di masyarakat setempat. Konon, keduanya adalah pejuang yang berperan penting dalam penyebaran agama dan budaya Jawa pada masanya. Kharisma dan jejak kehidupan mereka masih sangat terasa di kawasan ini, sehingga banyak orang percaya bahwa berziarah di Gunung Kawi dapat memberikan keberkahan dan ketenangan batin.
Tradisi dan Ritual Ziarah
Di Pesarehan Gunung Kawi, peziarah biasanya melakukan berbagai ritual seperti berdoa dan mengadakan upacara sederhana. Tradisi ini telah diwariskan dari generasi ke generasi, dan hingga kini tetap lestari. Beberapa peziarah bahkan membawa persembahan khusus seperti bunga atau dupa, yang dianggap sebagai tanda penghormatan kepada para leluhur.
Tak hanya itu, setiap tahunnya ada hari-hari tertentu yang dianggap lebih sakral untuk berziarah, dan pada saat-saat tersebut, pengunjung dari berbagai daerah berkumpul untuk berdoa bersama. Keberadaan warung dan kios yang menjual berbagai macam oleh-oleh khas juga menambah kesan meriah namun khidmat dari suasana ziarah di sini.
Juga terdapat tradisi unik yaitu pagelaran wayang kulit, yaitu wayang kulit syukuran yang bertujuan untuk menyampaukan syukuran, dan wayang kulit ruwatan yang konon untuk membersihkan diri dari sial. Selain itu ada berbagai pagelaran lainnya seperti taru, karswutan, banjari, dan tradisi event 1 suro.
Sebagai tempat yang penuh dengan nilai spiritual, banyak cerita dan mitos yang berkembang di sekitar Pesarehan Gunung Kawi. Salah satunya adalah anggapan bahwa siapa pun yang berziarah dengan niat yang tulus dan hati yang bersih akan mendapatkan berkah, entah dalam bentuk kemakmuran, kesehatan, atau kemudahan dalam mencapai cita-cita.
 Mitos ini menjadikan Gunung Kawi sebagai tempat ziarah yang tidak hanya dikunjungi oleh masyarakat lokal, tetapi juga menarik perhatian peziarah dari luar pulau bahkan luar negeri. Ternyata bukan hanya itu saja melainkan terdapat Pohon Dewandaru yang tumbuh di sekitar pesarehan yang konon jika kejatuhan buah tersebut akan mendapatkan keberuntukan.
 Selain itu ternyata juga ada ritual malam jumat legi, pada malam ini banyak sekali orang yang datang untuk berdoa, bermeditasi, dan melakukan ritual khusus. Mereka percaya bahwa doa yang dipanjatkan pada waktu ini besar kemungkinan untuk dikabulkan. Ada juga larangan bagi wanita yang sedang datang bulan tidak boleh memasuki area makam tersebut.
Selain sebagai tempat ziarah, Pesarehan Gunung Kawi juga dianggap sebagai salah satu situs budaya yang perlu dijaga. Di sinilah keunikan adat Jawa, tradisi spiritual, dan nilai budaya melebur menjadi satu, memberikan sebuah pengalaman yang tidak hanya religius tetapi juga edukatif bagi pengunjung. Pemerintah daerah setempat juga terus berupaya melestarikan kawasan ini agar tetap asri dan terjaga.Â
Perlu diketahui sampai saat ini gunung kawi masih terlihat sangat asri, bahkan ketika anda kesana banyak sekali pepohonan yang masih ridang. Pemandangan alam yang cukup menakjubkan bahkan mungkin terasa gunung kawi sudah didepan mata. Suasana yang tenang, dengan udara yang dingin membuat kita semakin menikmati destinasi wisata ini.
Pesarehan Gunung Kawi bukan hanya sekadar tempat ziarah, tetapi juga sebuah ruang di mana tradisi, kepercayaan, dan budaya dapat bersatu. Dengan pesona alam yang indah serta sejarah yang kaya, tempat ini layak untuk dikunjungi bagi siapa saja yang mencari ketenangan atau ingin mengenal lebih jauh tentang warisan budaya Jawa.