Mohon tunggu...
claudia ingkiriwang
claudia ingkiriwang Mohon Tunggu... profesional -

saya seorang ibu, praktisi pendidikan, dan profesional di salah satu Theme park di Indonesia. pembaca dan penulis

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Mendongeng

20 April 2012   07:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:23 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tahu nggak kenapa anak kecil di seluruh dunia suka sekali bermain ? mau anak orang kaya kek, anak ningrat kek, anak jelata kek, anak guru kek, anak penjahat kek.. semua anak, pokoknya tanpa pengecualian suka bermain. Bahkan untuk anak berkebutuhan khusus dan anak dengan kemampuan fisik terbatas. Ya betul, karena bermain itu menyenangkan.

Kalau ada orang tua yang mengeluh ke ruang saya, “bu, gimana ya biar anak saya nggak banyak main? Ajarin cara mendidik anak dong bu, supaya rajin belajar, rajin ibadah, membantu orang tua di rumah ….” Saya biasanya cuma nyengir. Bukan nya apa apa, karena anak saya sendiri aja nggak gitu, gimana saya bisa menasihati anak orang. Myron dan Myrna kebetulan juga anak yang gemar bermain. Dan saya tidak ingin mengingkari takdir ini. Biar saja, asal permainannya saya tahu baik, saya tidak pernah melarang mereka bermain. Bahkan saat ulangan. Bener. Paling yang saya batasi adalah, waktu nya. Misalnya mereka boleh main selama 30 – 60 menit saja, setelah mereka menyelesakan tugas tugasnya.

Saya ingat waktu saya kecil, saya pun suka bermain. Hampir setiap sore saya bermain. Mau ada ulangan atau nggak. Ya sih, saya bukan juara kelas atau masuk jajaran top 10. Bersama tetangga, saya bermain petak lari, main karet, main congklak, main monopoli, halma dan semua permainan tradisional lainnya. Rasanya gembira sekali. Dan karena itulah saya nggak ingin melarang anak saya bermain. Saya ingin mereka merasakan kegembiraan seperti yang dulu pernah saya rasakan. Jadi jangan sekali kali bertanya pada saya tips tips untuk anak supaya tidak main, karena saya nggak mau menjawab sesuatu yang tidak saya lakukan.

Balik ke masalah bermain. Sebagai praktisi bermain, saya mecoba mendalami pentingnya bermain dalam pertumbuhan otak anak. Betapa terkejutnya saya, ternyata bermain bukan hanya membuat anak cerdas, tapi membantu anak atau tepatnya memampukan menyelesaikan masalah terdalam nya. Dengan kata lain, bermain dapat menjadi terapi buat anak, dalam mengatasi trauma, luka batin, rasa takut, psycosomatis, dan masih banyak lagi. Hal hal terpendam yang tidak bisa di ungkapkan dalam kata kata, bisa diungkapkan dalam bermain. *(saya belajar play therapy dari Play Teraphy International, yg berpusat di England)

Penting diingat, bermain itu tidak selalu melibatkan mainan. Bagi anak anak, apa saja, bisa jadi apa saja. Kardus bekas  bisa jadi pesawat. Kain serbet bisa jadi mahkota. Handuk bisa jadi kerudung pengantin, batu bisa jadi harta karun. Nggak penting terbuat dari apa, yang penting menjadi apa, benda itu. Sebetulnya permainan ada beberapa fase, tapi saya nggak akan membahasnya dulu, soalnya kalau sudah mulai membahas detail, saya bisa nggak kelar kelar nanti majalahnya berubah jadi majalah parenting deh (kalau mau tau detailnya email saya saja).

Salah satu permainan favorit saya adalah permainan imaginasi dalam bentuk story telling. Dalam permainan ini, saya memberi anak anak kantong kertas yang bisa di kreasikan menjadi apa saja dalam bentuk puppet.  Setelah itu, anak anak ini saya beri kesempatan untuk bercerita menggunakan puppet tersebut. Mereka boleh mengarang cerita apa saja, boleh berhayal apa saja, boleh berimajinasi apa saja, dan boleh berbohong tentang apa saja. Coba tebak apa yang saya dapatkan dari cerita cerita kayalan itu: kejujuran….Saya mendapatkan kejujuran dari seorang anak yang lelah sekali belajar dan ingin berlibur, dari cerita tentang kura kura yang rindu pantai, lalu kejujuran seorang anak yang membenci ayah tirinya, dari  cerita tentang burung hantu berbulu keriting. Dan masih banyak lagi kejujuran yang terungkap di dalam permainan imajinasi ini.  (tentu di akhir session itu, ada beberapa penutup yang saya lakukan).

Nah, dari pada saya beri saran bagaimana anak mau rajin belajar setiap saat, gimana kalau saya beri saran tentang bagaimana bercerita yang tepat ? saran saya satu saja:  sekali kali, biarkan anak anda yang mengarang dongeng, gunakan puppet atau boneka, atau apa saja, dan  anda yang jadi pendengarnya ….

Menarik,  ternyata kita menjadi jujur justru pada saat kita memerankan orang lain, atau pada saat kita memakai topeng.

Selamat men(dengarkan)dongeng…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun