Mohon tunggu...
Claudea Novitasari
Claudea Novitasari Mohon Tunggu... -

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta - 2012

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hypertext, Link, dan Jurnalisme Online

17 April 2015   15:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:59 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hypertext dan juga linkage merupakan dua istilah penting yang sangat berpengaruh dalam dunia digital berbasis internet seperti sekarang ini. Awalan “hyper” berasal dari bahasa Yunani yang berarti di atas, di luar, dan keluar. Oleh karena itu, hypertexual dijelaskan sebagai teks yang menyediakan link jaringan ke teks-teks lain yang berada di atas, di luar, dan keluar dari teks itu sendiri. Sedangkan, linkage menjadi kapasitas yang memungkinkan seorang dengan mudahnya mengakses situs lain.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, link menjadi jembatan yang menghubungkan teks-teks yang berada di dalam hypertext. Kesimpulannya, link merupakan bagian dari hypertext. Keduanya menjadi kunci dalam menandai adanya kebaruan pada media, atau yang dikenal dengan istilah new media. Hal ini dilihat sebagai bagian dari perubahaan yang dilatarbelakangi karena adanya perkembangan zaman dan dianggap sebagai bagian dari technoculture baru.

Pada dunia jurnalisme, kehadiran internet mungkin menjadi sebuah cara baru yang diangap sangat efesien untuk menyebarkan informasi. Terutama bagi dunia jurnalisme yang ada di Indonesia. Sejak berkembangnya internet di Indonesia pada tahun 1990-an, di mana pada saat itu banyak media cetak yang dibredel juga oleh pemerintah, perusahaan media kemudian memanfaakan internet sebagai alternatif untuk tetap dapat menyebarkan informasi beritanya.

Media Indonesia pertama yang tercatat di internet adalah Republika Online (www.republika.co.id) yang dirilis pada 17 Agustus 1994, kemudian disusul dengan Majalah Tempo yang menerbitkan tempointeraktif.com (sekarang menjadi www.tempo.co), Bisnis Indonesia (www.bisnis.com), Harian Waspada di Medan yang  merilis Waspada Online (www.waspada.co.id), dan pada 22 Agustus 1997 muncul Kompas Online (www.kompas.com). Media-media tersebut menjadi generasi media online pertama di Indonesia.

Sistem kerja pada saat itu hanya memindahkan konten pada halaman edisi cetak ke internet. Pada 9 Juli 1998, detik.com hadir sebagai media online otonom pertama di Indonesia. Bahkan, detik.com mengenalkan ragam berita baru, yakni to the point (ringkas) dalam bentuk running news atau sebuah penyajian berita serial. Hingga akhir 1990-an, kemunculan situs media online dotcom semakin eksis di Indonesia. Situs-situs lokal mulai banyak bermunculan, termasuk situs berita seperti: astaga.com, satunet.com, lippostar.com, kopitime.com dan berpolitik.com, dll.

Sejalan dengan makin banyak dan berkembangnya situs berita online di Indonesia, pemanfaatan portal berita di internet tidak lagi hanya sekedar untuk memindahkan konten pada halaman edisi cetak saja. Namun, mulai berkembang juga jurnalisme online, di mana informasi berita akan disebarluaskan setiap saat secara up to date. Sehingga, penggunaan link pada sebuah portal berita online menjadi sangat bermanfaat.

Apabila di surat kabar versi cetak, seseorang hanya dimungkinkan untuk dapat membaca satu topik berita saja. Namun, jika menggunakan versi online, seseorang sangat dimungkinkan untuk dapat mengakses informasi lain yang terkait dengan topik berita tersebut. Contohnya, seperti yang ada di portal berita online CNN Indonesia (www.cnnindonesia.com), pada 16 April 2015 lalu, Noor Aspasia Hasibuan menulis sebuah berita dengan judul: “Geram Soal Bocor, JK Minta Pembocor Biayai UN Ulang”. Pada salah satu paragraf berita tersebut tertulis demikian:

“Harus diberikan sanksi yang besar kepada orang itu dan sanksi yang besar kepada percetakan. Kalau percetakan berbuat itu, maka tidak lagi dikasih pekerjaan. Kalau perlu harus bayar kerugian negara,” kata JK, di Kantor ‎Wapres, Jakarta, Kamis (16/4). (Baca juga: Polisi Telusuri IP Address Pembocor UN)

Bagian yang bercetak tebal merupakan sebuah link yang di gunakan oleh portal berita online CNN Indonesia untuk menyambungkan atau mengkaitkan berita tersebut dengan judul berita lain yang memiliki topik serupa. Apabila link tersebut ditekan, maka secara otomatis akan terbuka halaman Web berita baru yang berjudul: “Polisi Telusuri IP Address Pembocor UN”. Berita tersebut ditulis oleh Rinaldy Sofwan dan dipublikasikan pada hari yang sama namun pada waktu yang berbeda. Selain itu, pada berita yang ditulis oleh Noor Aspasia Hasibuan terdapat pula paragraf yang bertuliskan demikian:

Meski demikian, JK menerangkan kebocoran soal di Google Drive ini termasuk skala kecil. Menimbang, perbandingan soal UN sebesar 10 ribu dibanding dengan soal bocor sebanyak 30 paket soal. (Lihat juga: FOKUS Bocornya Soal UN Tahun Ini)

Apabila bagian yang bercetak tebal (link) pada paragraf sebelumnya akan menghubungkan pada judul berita lain yang memiliki topik serupa, pada paragraf  di atas, bagian yang bercetak tebal merupakan sebuah link yang akan menghubungkan pembaca menuju ke halaman Website CNN Indonesia yang berisikan semua kumpulan pemberitaan terkait dengan Bocornya Soal Ujian Nasional tahun 2015.

Biasanya link semacam itu memang disediakan untuk menghubungkan sebuah berita dengan berita-berita lainnya yang sudah dipublikaskan sebelumnya. Tujuannya, agar dapat digunakan sebagai refrensi dan juga sumber tambahan informasi lain bagi para pembaca. Selain itu, link juga dimanfaatkan oleh situs berita online sebagai sarana dalam publikasi yang disambungkan dengan menggunakan situs jejaring sosial, seperti facebook dan juga twitter.

Berdasarkan data dari Berita Kementerian yang diunggah oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada situs berita onlinenya tanggal 7 November 2013 lalu, dikatakan bahwa pengguna internet di Indonesia pada saat itu mencapai 63 juta orang. Bahkan, 95% dari angka tersebut digunakan oleh pengguna internet hanya untuk mengakses jejaring sosial. Indonesia sendiri tercatat berada diperingkat empat sebagai pengguna facebook terbesar di dunia setelah USA, Brazil, dan India. Serta, berada diperingkat lima sebagai pengguna twitter terbesar di dunia setelah USA, Brazil, Jepang dan Inggris.

Oleh karenanya, banyak situs berita online yang kemudian memanfaatkan situs jejaring sosial sebagai sarana untuk publikasi. Judul berita berserta linknya akan diunggah melalui jejaring sosial. Nantinya, link tersebut akan terhubung secara langsung pada Website yang menampilkan ulasan berita secara lengkap. Contohnya, seperti yang dilakukan oleh situs berita online BBC Indonesia (www.bbc.co.uk/indonesia) yang menggunakan situs jejaring sosial twitter (@BBCIndonesia), sebagai salah satu sarana untuk publikasi informasi berita.

Pada situs jejaring sosial tersebut, BBC Indonesia mengunggah sebuah tulisan yang disertakan juga dengan link. Salah satunya seperti yang diunggah pada 15 April 2015 lalu: “Pesawat Asiana Airlines tergelincir saat mendarat di Bandara Hiroshima. bbc.in/1E1kmQf”. Apabila bagian yang bercetak tebal (link) tersebut ditekan, maka secara otomatis akan terhubung pada halaman Website yang menampilkan berita lengkapnya.

Judul tulisan yang ditulis pada situs jejaring sosial bisa saja berbeda dengan yang tertulis pada halaman Website di situs berita online. Alasannya selain untuk lebih menarik minat pembaca, juga karena kapasitas menulis di jejaring sosial twitter yang terbatas hanya  140 karakter (huruf). Selain BBC Indonesia, terdapat beberapa situs berita online lain yang juga memanfaatkan situs jejaring sosial twitter sebagai salah satu sarana untuk publikasi, seperti: detik.com (@detikcom), sindonews.com (@SINDOnews), tempo.co (@tempodotco), kompas.com (@kompascom), dll.

SUMBER BUKU:

Lister, Martin, Jon Dovey, Seth Giddings, Iain Grant, Kieran Kelly. 2009. New Media: a Critical Introduction. Second Edition. Routledge.

Ward, Mike. 2002. Journalism Online. Oxford: Focal Press.

SUMBER BUKU ONLINE:

https://www.myedisi.com/aji/761/readdiakses pada 2 Maret 2015

SUMBER BERITA ONLINE:

kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker#.VTBaGzO7q8w diakses Rabu, 15 April 2015

https://twitter.com/BBCIndonesia/status/588278117594177538diakses Kamis, 16 April 2016

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150416144514-20-47149/geram-soal-bocor-jk-minta-pembocor-biayai-un-ulang/ diakses Kamis, 16 April 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun