Tidak! Saya tidak akan bicara mengenai Perkumpulan Seribu Tangan Cinta yang belum solid itu. Tapi tentu saya berharap Seribu Tangan Cinta (STC) tak kehilangan tangan-tangan Cinta satu per satu. Saya bukan siapa-siapa bagi STC. Bukan inisiator, bukan penggerak, hanya pendukung. Ibaratnya, saya ini bagian dari tim cheerleaders di lapangan basket. Maka selanjutnya, saya tidak akan bicara apa-apa mengenai gundah-gulana yang dialami STC akhir-akhir ini. Saya hanya tersentil dengan jargon dari STC,Berpikir dan Bertindak Benar.
Bagi saya, agak berat memposisikan diri menjadi manusia yang berpikir dan bertindak benar. Saya bahkan meragukan manusia yang mengaku telah berpikir dan bertindak benar.
Ketika tidak melulu benar, kemudian hanya ada salah. Benar atau salah. Apa itu benar? Apa itu salah? Haruskah ada dikotomi benar dan salah dalam pemikiran manusia?
Ilmu agama meyakini ada hal yang benar dan ada hal yang salah. Tuhan itu maha besar. Tiada yang melebihi kebesaran-Nya. Tidak mungkin ciptaan lebih besar dari pencipta. Maka benarlah bahwa Tuhan itu maha besar. Dan salahlah yang menganggap sebaliknya. Tapi, ini adalah masalah keyakinan. Bagi saya, apa yang telah diatur Tuhan dalam firman-Nya, mutlak benar adanya. Kebenaran yang absolut.
Ilmu pasti juga meyakini benar dan salah. Jumlahkan 1 + 1 akan menjadi = 2, tidak pernah ada jawaban lain selain 2. Selain 2 adalah salah. Dan kalau salah, pastilah nanti jadi kalah. Kalah pintar dengan yang menjawab benar. Namanya juga ilmu pasti, jika yang diyakini itu benar, maka mutlaklah ia benar. Pasti benar. Tapi, apakah ilmu pasti juga merupakan kebenaran yang absolut? Ilmu pasti bahkan mempunyai teori relativitas Einstein.
Oleh karena itu, saya menyimpulkan sendiri bahwa manusia tidak akan mampu berpikir dan bertindak benar yang absolut. Apalagi jika dipandang manusia itu sebagai makhluk sosial. Kebenaran dalam kehidupan manusia menjadi relatif karena keberagaman pikir yang ada. Lalu, menurut saya, pantaskah kita untuk mengadili manusia lainnya untuk berpikir dan bertindak benar? Bagaimana jika benar menurut kita tidak sama dengan benar menurut mereka? Pantaskah kita mencap mereka salah jika pemahaman tentang benar salah saja tidak sama?
Maka, saya berhenti untuk menilai apakah pemikiran ataupun tindakan kalian adalah benar atau salah. Kita semua adalah manusia ciptaan Tuhan yang hanya pantas dinilai oleh pencipta kita tersebut.
Lalu bagaimana harus berpikir dan bertindak? Boleh saja kita bilang berpikir dan bertindak benar. Tapi, samakan dahulu pemahaman kita semua tentang kebenaran yang akan kita yakini, sehingga kelak ketika ada friksi, kita bisa tahu apakah itu benar atau salah. Namun, sebelum mampu untuk itu, berpikir saja secara baik, dan bertindak pula yang baik. Sepertinya, relatif juga. Tapi, dengan baik, saya meyakini bahwa kita semua akan baik-baik saja.
Jkt, 25052010
"Racauan tak penting yang terinspirasi dari simpang siur masalah STC... STC, We're all just fine."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H