[caption id="attachment_219131" align="alignleft" width="238" caption="Ilustrasi oleh Azam Raharjo: "Colour Sketch of a Redhead""][/caption] Kerinduan pada cinta sejati itu membuncah. Namun, sekarang Rindu berada di titik paling rendah. Tak pernah ia membayangkan hal ini menimpa hidupnya. Kehadiran Satria yang diharapkan untuk kembali lagi bersamanya, kandas sudah. Sungguh Rindu tak mengerti apa yang membuat Satria menjadi pria paling tega yang menghancurkan mimpinya, pernikahan yang tinggal hitungan jari lagi. "Brengseeeeeekkk kau Satriaaa!!!" teriak Rindu di ruang tamu Puri Nendra tak lama setelah sosok Satria pergi meninggalkannya. Rindu bangkit, berdiri dengan elegan sambil mengusap tetesan air mata yang telah mengalir di pipi. Pria yang ia cintai itu tak mungkin kembali lagi. Pertemuan singkat barusan bukan untuk permohonan maaf lalu melaksanakan rencana pernikahan yang telah matang. Pertemuan singkat itu benar-benar akhir segala mimpi yang pernah mereka rajut bersama. Satria tak pernah ragu berkata-kata. Harapan Rindu untuk menunggu Satria kembali lagi padanya telah membuatnya teramat sangat kecewa. Tak pernah Rindu sesakit ini, namun hidup tak berhenti di sini. Dengan kekuatan yang masih tersisa, Rindu memutuskan untuk meninggalkan Puri Nendra siang itu juga. Tak ada lagi pencarian pengganti Satria. Panji? Ya, ia masih ingat cinta pertamanya. Dan, ya, Panji memang selalu membayanginya! Cinta itu tak pernah benar-benar hilang walau telah banyak lelaki yang pernah singgah di hati Rindu. Walau akhirnya, hanya Satria yang mampu meluluhkan hatinya untuk menerima pinangan menjadi seorang istri. "Ah, Satria!!! Kau telah musnahkan mimpi yang kubangun bertahun-tahun! Lihat! Lewat kepala tiga umurku, dan berharap kaulah yang terakhir!" gemuruh batin Rindu belum sirna. "Mungkin aku memang ditakdirkan jadi perawan tua!" umpatnya ketika mengemasi pakaiannya. "Ubud, sampai ketemu lagi nanti!" ucap Rindu sambil melihat hamparan sawah dari jendela kamar. Kemudian, Rindu tersenyum. Ia tahu, ia kuat! "I'm a strong woman!" *** Matahari di ufuk barat, saat jingga begitu indah menghiasi langit senja, Rindu duduk santai di hamparan pasir pantai Kuta. Memandangi gulungan ombak yang tak habis-habis. Orang-orang yang berselancar di permukaan laut. Anak-anak yang bermain-main istana pasir. Mereka yang membiarkan air asin menjilati kaki-kaki mereka. Keriuhan ini, keramaian yang diharapkan Rindu bisa menyamarkan sunyi hatinya. Getar ponsel di saku celana bermuda pendek yang dikenakan Rindu mengganggu ketenangannya menikmati suasana. Nama Susan tertera di layar ponsel. "Ya, San!" sapa Rindu lemas. "Rindu, kamu kenapa nggak bilang-bilang pergi dari Puri Nendra? Aku dan George baru aja nyampe Ubud!" gedumel Susan sedikit berang. Rindu tak tahu sahabatnya akan mengunjunginya di Puri Nendra. Ia pun lupa memberi kabar Om Welly. Hanya berpamitan pada mbok Wati, satu-satunya orang yang ia lihat saat itu. "Sorry, San. Buru-buru! Aku harus segera pulang ke Jakarta. Aku ambil penerbangan besok paling pagi." "Lho? Kamu udah ketemu Panji, kan? Pernikahan kamu gimana?" "Sudahlah, San. Sudah berakhir! Nggak mungkin aku ngelanjutin pernikahan. Aku hanya harus balik ke Jakarta, lalu terus terang sama keluargaku." "Rin, kamu yakin? Aku udah ngundang Panji untuk makan malam bareng di Puri Nendra. Kamu yakin akan membatalkan pernikahan begitu aja?" "Iya." Jawab Rindu pasti dengan menganggukkan kepalanya yang tentu tak dilihat oleh Susan. "Ada Panji, Rin!" Susan berharap bisa menggoyahkan keputusan Rindu. "San, yang tertera di kartu undangan itu adalah nama Satria! Di kanvas-kanvas yang akan dipajang dalam gedung resepsi terlukis foto-foto prewed aku bersama Satria, bukan Panji! Orang-orang yang aku undang nggak hanya kerabat keluargaku, tapi kerabat Satria juga! Suvenir untuk para tamu akan diberikan sebagai ungkapan terimakasihku dan Satria! Mau kutaro di mana mukaku dan keluargaku bila saat di pelaminan malah bersanding dengan pria selain Satria??? Sekalian saja kubatalkan pernikahan!" Rindu meradang. Kebencian pada Satria pun meluap. "Rindu..." ucap Susan, entah apa yang harus ia katakan lagi pada sahabatnya itu. Beberapa detik dalam hening. Suara Rindu yang bergetar telah memupuskan semangat keduanya. "Rin... setidaknya jangan pulang dulu. Aku dengan Panji segera menemuimu, ya! Sekarang kamu di mana?" "Duh, buat apa lagi sih, Panji?! Bukannya dia telah menohokku dengan ucapan terakhirnya kemarin?!" Rindu sedikit kesal, walau tahu rindunya selalu ada untuk Panji. "Ini semua kecerobohanku! Dengan supernya berlagak mencari pengganti runaway groom! Harusnya sejak awal, aku nggak perlu ketemu cowok-cowok yang cuma nambah senewenku aja! Sekali batal, ya batal!" "Rindu... udah deh! Pokoknya kamu kasih tahu kamu sekarang dimana? Aku mau ketemu kamu! Pasti ada penyelesaian yang terbaik! Aku malah heran kenapa tiba-tiba kamu jadi berubah drastis begini! Ada apa sih?" "Satria tadi datang menemuiku, San!" "Hah? Yang bener? Kok bisa? Ya udah, pokoknya malam ini kita harus ketemu, kamu musti cerita ke aku! Ayo bilang dimana kamu?" "Di Kuta." Susan tak habis pikir dengan perubahan Rindu. Susan pun tak mengerti bagaimana Satria bisa tahu keberadaan Rindu. Dan, untuk apa menemui Rindu setelah memberi surat perpisahan yang singkat itu. Jawabannya ada pada Rindu. Susan harus menemui Rindu, setidaknya untuk menenangkan dan menemani sahabatnya. George pun dengan setia bersama Susan kembali ke Kuta. Mobil dilajukan dengan kecepatan maksimum. Acara malam ini batal. Rindu sekarang berada di Kuta. Gue dan George langsung balik arah kesana. Kita ketemuan di Kuta aja. Pesan singkat itu dikirimkan ke nomor Panji. Tapi, sayang, pending! *** Akhirnya 'bertelor' juga saya... Hahaha... Selanjutnya Kine Risty! :D
Urutan sementara Cerita Keroyokan Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta.
G ->Â Endah Raharjo ->Â Sari Novita ->Â Rahmi Hafizah ->Â Winda Krisnadefa ->Â Deasy ->Indah Wd ->Â Ria Tumimomor->Â Mommy ->Â Ranti Tirta->Â Mariska Lubis->Â Bahagia Arbi ->Â Sri Budiarti ->Â Meliana Indie ->Â Lia Agustina ->Â Vira Classic->Â Kine Risty->Â Princess e Diary >Â Miss Rochma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H