Mohon tunggu...
Sosbud

Berada Di Puncak Piramida

5 Mei 2015   17:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:21 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini merupakan bentuk analisis saya terhadap tulisan Goenawan Mohamad di Majalah Tempo, pada tanggal 23 Februari 2015 yang dituliskannya dengan judul "Pemimpin"

Kekuasaan mengurung orang dalam kesendirian, dan terkadang mengutuknya dalam kesepian. Memang benar apabila dipikirkan dengan baik-baik, terkadang menjadi orang berkuasa bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Bukan berarti orang yang berkuasa sama sekali tidak merasakan kesenangan, melainkan tentu juga terkadang membuat mereka merasa hidup di sebuah dunia yang berbeda dari orang biasa hidupi. Memiliki kekuasaan seringkali identik dengan jabatan yang tinggi.

Seperti yang dirasakan banyak orang, tentu saja orang “biasa” atau yang tidak memiliki jabatan yang cukup untuk memiliki kuasa yang sejajar dengan orang yang berjabatan tinggi, akan terasa ada jarak yang memisahkan. Sehingga, menyebabkan sulit bagi orang yang “biasa” dengan orang yang berjabatan tinggi untuk berelasi dengan dekat antara satu sama lain. Mungkin mayoritas dari orang “biasa” akan merasa canggung dan merasa tidak dapat mencapai kesetaraan dengan orang yang berjabatan tinggi tersebut, sehingga mereka memilih untuk mundur dan memberikan jarak. Sedangkan bagi orang yang berjabatan tinggi mayoritas akan merasakan tidak menguntungkan bagi mereka untuk berelasi secara intim dengan orang “biasa”.

Namun, tidak semua orang yang berkuasa ataupun memiliki jabatan tinggi itu berakhir dengan suram. Kesendirian itu pasti ada di dalam orang yang berkuasa. Seperti yang dijelaskan oleh Goenawan Mohamad, apabila jika orang yang berkuasa itu digambarkan di dalam tingkat sosial manusia yang berbentuk piramida, kita semua pasti dapat menebaknya dengan mudah. Tentu saja, orang yang berkuasa akan selalu ada di tingkat yang paling atas atau puncak daripada piramida tersebut.

Berada di puncak piramida bisa menghasilkan dua macam perasaan yaitu, yang pertama ialah berada di puncak merupakan seperti kehormatan bagi dirinya, karena hanya satu orang sajalah yang dapat menempati puncak piramida tersebut. Kedua,  tentu saja apabila ia melakukan kesalahan, hanya dia sajalah yang dapat disalahkan. Karena dia satu-satunya yang berada di puncak piramida tersebut. Dalam hal ini semua yang dijelaskan, memang logis dan kenyataan. Tentu saja berbeda dengan apabila kekuasaan tersebut dipegang ataupun dimiliki oleh beberapa orang. Apabila mereka melakukan kesalahan, tentu saja yang akan disalahkan mereka semua yang termasuk dalam anggota, meskipun mungkin yang melakukan kesalahan hanyalah satu orang.

Memegang kekuasaan dengan bersama, berarti sama dengan sudah siap menerima tanggungan bersama. Begitupun juga dengan memegang kekuasaan sendiri, berarti sama dengan siap menerima tanggungan sendiri. Berada sendiri di puncak piramida, tidak selalu berarti ia merasakan kesepian. Melainkan, juga dapat dilihat bahwa dirinya berani dan bertanggung jawab dalam menjaga keberadaan atau posisi yang dimilikinya tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun