Di tengah globalisasi yang semakin pesat, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga identitas budayanya. Salah satu pengaruh yang cukup signifikan adalah budaya Korea, yang telah merambah berbagai aspek kehidupan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Fenomena ini membawa dampak positif dan negatif yang perlu diperhatikan, karena jika tidak ditangani dengan baik, dapat menghancurkan nilai-nilai budaya lokal. Dalam situasi seperti ini, pendidikan sangat penting dalam memperkuat identitas budaya Indonesia dan mempersiapkan generasi muda menuju visi "Indonesia Emas 2045".
Budaya Korea, atau yang dikenal dengan istilah Hallyu, telah berkembang menjadi fenomena internasional yang mempengaruhi banyak negara, termasuk Indonesia. Sejak awal tahun 2000an, popularitas K-Pop dan drama Korea mulai popular di Indonesia. Acara-acara televisi yang menayangkan drama-drama Korea mendapatkan rating tinggi, dan lagu-lagu K-Pop sering menduduki tangga lagu teratas. Fenomena ini tidak hanya menciptakan penggemar setia tetapi juga memicu munculnya komunitas-komunitas penggemar yang aktif di media sosial. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya Korea dalam mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Dampak positif dari budaya Korea terlihat dalam peningkatan ekonomi. Munculnya restoran dan kafe yang menyajikan makanan Korea menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian lokal. Banyak pengusaha muda yang termotivasi  untuk membuka usaha kuliner berbasis makanan Korea, sehingga menciptakan peluang bisnis baru. Selain itu, ketertarikan terhadap budaya Korea juga mendorong lebih banyak pertukaran budaya yang lebih luas. Generasi muda semakin lebih terbuka terhadap berbagai bentuk seni dan budaya dari luar negeri. Mereka mulai mengeksplorasi berbagai jenis musik, film, dan seni dari negara lain, termasuk Indonesia sendiri.
Namun, dampak negatif juga tidak bisa diabaikan. Pengaruh budaya Korea dapat menyebabkan krisis identitas di kalangan generasi muda. Banyak anak muda yang lebih mengenal artis K-Pop dibandingkan artis lokal, sehingga mengurangi rasa bangga terhadap budayanya sendiri. Hal ini terlihat dari banyaknya remaja yang lebih memilih untuk memakai pakaian bergaya ala Korea dibandingkan pakaian tradisional Indonesia. Selain itu, masyarakat mulai mengabaikan tradisi dan nilai-nilai lokal untuk mengikuti tren budaya asing. Fenomena ini dapat mengakibatkan hilangnya keunikan budaya Indonesia. Pendidikan memegang peranan sentral dalam membentuk karakter dan jati diri generasi baru.
Pendidikan memegang peranan sentral dalam membentuk karakter dan jati diri generasi baru. Untuk menghadapi tantangan ini, sekolah harus mengintegrasikan pelajaran tentang budaya lokal ke dalam kurikulum mereka. Hal ini termasuk pengajaran tentang sejarah, seni, dan tradisi daerah sehingga siswa memahami dan menghargai warisan budaya mereka. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menyelenggarakan program-program edukatif yang ber fokus pada pelestarian budaya lokal. Misalnya, sekolah dapat mengadakan festival budaya tahunan yang menampilkan seni dan tradisi lokal seperti tari daerah, musik tradisional, dan kerajinan tangan. Kegiatan ini tidak hanya mendidik siswa tetapi juga melibatkan masyarakat dalam melestarikan budaya.
Pemanfaatan teknologi juga dapat digunakan untuk pendidikan kebudayaan. Dengan kemajuan teknologi informasi, pendidikan tentang budaya dapat dilakukan melalui platform digital. Sekolah dapat menggunakan aplikasi atau website yang menyediakan informasi interaktif tentang kebudayaan Indonesia. Misalnya, platform pembelajaran online dapat memberikan materi tentang sejarah dan seni tradisional Indonesia dalam bentuk video atau modul interaktif.
Kerjasama dengan komunitas seni dan budaya juga sangat penting dalam upaya melestarian budaya lokal. Sekolah dapat bekerja sama dengan seniman lokal untuk mengadakan workshop atau seminar yang membahas pentingnya melestarikan budaya lokal. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar dari buku tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung dari para praktisi seni.
Meskipun pendidikan memiliki potensi besar dalam mempertahankan identitas budaya, ada beberapa tantangan yang harus diatasi. Salah satunya adalah kurangnya sumber daya di banyak sekolah untuk mengajarkan materi tentang budaya lokal secara efektif. Banyak sekolah di daerah terpencil masih kekurangan fasilitas dan tenaga pengajar yang memadai untuk memberikan pendidikan berkualitas. Media sosial juga seringkali mempromosikan konten dari luar negeri yang lebih menarik bagi generasi muda dibandingkan konten lokal mereka sendiri.
Dukungan kebijakan dari pemerintah untuk program-program pendidikan tentang budaya masih terbatas. Meskipun ada beberapa inisiatif untuk melestarikan budaya lokal melalui pendidikan formal, implementasinya sering kali tidak konsisten dan kurang mendapat perhatian serius dari pihak berwenang.
Visi "Indonesia Emas 2045" menuntut generasi muda untuk menjadi individu yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Untuk mencapai tujuan ini, perlu ada sinergi antara pendidikan dan pelestarian budaya. Mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum akan membantu membangun integritas dan rasa cinta tanah air di kalangan siswa. Pendidikan karakter harus mencakup nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara serta pentingnya menghargai keragaman budaya di Indonesia.
Keterlibatan orang tua dalam kegiatan sekolah juga sangat penting agar anak-anak mendapatkan dukungan di rumah untuk menghargai warisan budaya mereka sendiri. Sekolah dapat mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua untuk membahas pentingnya pelestarian budaya serta cara-cara praktis untuk melibatkan keluarga dalam kegiatan-kegiatan tersebut.