Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini menunjukkan adanya kurangnya pengetahuan dasar di kalangan siswa, yang menjadi perhatian serius menjelang pencapaian visi Generasi Emas 2045. Baru-baru ini terdapat video yang banyak beredar di berbagai media sosial, seorang konten creator yang sedang mewawancarai beberapa siswa SMA dan memberi sebuah pertanyaan tentang pengetahuan dasar contohnya seperti "Apa Kepanjangan dari PLTU" namun beberapa siswa yang diberi pertanyaan merasa bingung dan asal menjawab. Seperti yang kita tau bahwa pengetahuan dasar itu sudah dibekali sejak menginjak sekolah dasar, namun dalam kejadian ini harus ada yang dipertanyakan yaitu "Siapa yang salah?" Apakah seorang siswa yang malas mendengarkan penjelasan guru atau guru yang tidak mampu memberi pelajaran kepada siswanya.
Berdasarkan hasil tes internasional seperti PISA, Indonesia  pernah menempati peringkat yang rendah dalam literasi, numerasi, dan sains. Pada tahun 2018, Indonesia berada di peringkat 72 dari 79 negara, dan meskipun ada sedikit peningkatan pada tahun 2022, angka tersebut masih jauh dari memadai. Banyak siswa tidak mencapai level kompetensi dasar yang diharapkan, yang menunjukkan adanya kegagalan pada sistem Pendidikan.
Peningkatan Teknologi sekarang sangat pesat dan tergantung bagaimana siswa dan siswi menyikapi nya dan bagaimana penggunaanya. Terdapat 2 sisi positif dan negatif akibat dari peningkatan Teknologi ini.
    Sisi Positif
- Kemudahan bagi siswa sisswi untuk mencari berbagai informasi.
- Dapat mengembangkan kreativitas siswa .
- Sebagai media untuk berdiskus
Sisi Negatif - Mengurangi Interaksi Sosial.
- Menyebabkan Siswa malas mencari informasi dan mengandalkan Bot AI.
- Internet yang malah digunakan siswa untuk permainan judi online.
- Meningkatkan Kecurangan dalam melakukan ujian karena Bot AI lebih canggih.
Kesimpulannya adalah banyak siswa di Indonesia menghadapi kesulitan dalam menjawab pertanyaan pengetahuan dasar, yang mencerminkan rendahnya kualitas pendidikan yang mereka terima. Ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kurikulum yang tidak relevan, kurangnya akses pendidikan berkualitas, dan metode pengajaran yang tidak memadai dan cara mengatasi nya adalah dengan memastikan bahwa semua siswa, terutama di daerah terpencil, memiliki akses terhadap pendidikan berkualitas dan perlunya pelatihan untuk seluruh pengajar serta pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman, dan penyediaan sarana prasarana yang memadai agar siswa tidak bermalas malasan untuk belajar.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H