Mohon tunggu...
Clarissa Qurrotu Aini
Clarissa Qurrotu Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kesuksesan dan keberhasilanku ada ditanganku

Selanjutnya

Tutup

Seni

Pembelajaran Tari Tradisional pada Anak Usia Dini

14 Juni 2023   10:00 Diperbarui: 14 Juni 2023   10:15 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash


          Anak usia dini merupakan masa emas atau sering disebut dengan masa keemasan (golden age), biasanya ditandai dengan perubahan yang cepat pada perkembangan fisik, kognitif, sosial dan emosional. Berdasarkan hasil studi longitudinal Bloom (Juntika Nurikhsan, 2007), kecerdasan mencapai 50% pada usia 4 tahun, 80% pada usia 8 tahun dan 92% pada usia 13 tahun. Usia dini merupakan masa pematangan fisik dan fungsi mental, siap untuk menanggapi rangsangan lingkungan. Selama periode ini, fondasi pertama diletakkan untuk pengembangan potensi fisik (motorik), intelektual, emosional, sosial, linguistik, moral-spiritual, dan artistik. Perkembangan seni anak-anak dapat dipromosikan dengan belajar menari. Tarian adalah ekspresi jiwa, sarana gerak fisik. Gerak yang mengungkapkan isi hati adalah gerak yang dirancang sesuai dengan tema, maksud dan maksud atau isi tarian. Gerakan adalah alat yang paling penting dalam menari. Gerakan tari adalah tindakan berpindah dari satu posisi tubuh ke posisi tubuh lainnya. Berdasarkan fakta tersebut, gerak dapat dipahami sebagai realitas visual (Hidayat, 2005). Menari memperkuat kemampuan anak untuk mengkoordinasikan gerakan dengan orang lain dan bergerak mengikuti musik atau irama yang mengiringi tarian. Dengan kata lain, menari dapat meningkatkan gerak tubuh anak, baik dari segi pertumbuhan fisik maupun koordinasi gerak.

           Melalui pendidikan seni tari, keterampilan dan koordinasi gerak anak dapat dilatih, serta dapat menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan, membudayakan, dan menularkan nilai seni dan budaya tanah air. Kelas tari yang meliputi gerak dan menyanyi diajarkan sejak dini agar mereka memiliki keterampilan dasar seperti observasi, pengetahuan, apresiasi dan pemahaman. Ketrampilan dasar ini diharapkan dapat mengaktifkan kemampuan mengekspresikan diri untuk menyeimbangkan aktivitas otak kiri dan kanan melalui perpaduan antara logika, etika dan estetika. Selain itu, tujuan pembelajaran seni tari juga untuk mengembangkan kesadaran akan rasa hormat, toleransi, demokrasi, santun dan hidup berdampingan secara harmonis dengan sesama (Harton:2012).

           Tari sebagai seni berkembang dari waktu ke waktu, yang selalu dipengaruhi oleh banyaknya kebutuhan hidup dan kemudian membutuhkan perubahan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sebagai seniman. Tari juga hadir dan berfungsi serta berperan dalam lingkungan tertentu di mana terdapat adat dan tatanan sosial. Menurut Yayat Nursantara (2007), tari dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok antara lain tari tradisional, tari pulau, tari kreasi dan tari kontemporer. Dari semua jenis tari yang ada, tari tradisional merupakan jenis tari yang perkembangannya paling lama, karena dibawakan menurut model-model tertentu yang sudah menjadi tradisi. Tari tradisional merupakan bentuk tarian yang sudah ada sejak lama dan diwariskan secara turun-temurun. Menurut Yayat Nursantara (2007), tari tradisi biasanya mengandung nilai-nilai filosofis, simbolik dan religius. Semua aturan berbagai gerakan, formasi, pakaian, dan riasan tidak banyak berubah. Untuk melestarikan budaya daerah, seperti tari tradisional, maka tari tradisional harus dikenalkan dan diajarkan kepada anak-anak sejak dini.

          Pembelajaran adalah interaksi antara peserta didik dengan pelatih dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah bantuan yang diberikan oleh pendidik untuk memandu proses memperoleh pengetahuan, keterampilan dan karakter, serta mengembangkan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Pembelajaran meningkatkan potensi siswa dalam keahlian. Kampanye pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa bantuan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011), pembelajaran adalah aktivitas guru yang terprogram dalam desain kelas untuk mengaktifkan pembelajaran dengan fokus pada penyediaan sumber belajar.  

            Konsep belajar menurut Syaiful Sagala (2011) adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang dikendalikan secara sadar sehingga dalam keadaan tertentu ia dapat memperlihatkan tingkah laku tertentu atau bereaksi terhadap situasi tertentu. Pada dasarnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungannya yang mengarah pada perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Selama proses pembelajaran, tugas terpenting guru adalah merancang lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga mendukung perubahan perilaku siswa (Mulyasa, 2012).

           Belajar adalah usaha sadar guru untuk memotivasi siswa agar mau belajar. H. terjadinya perubahan tingkah laku dalam belajar siswa dimana perubahan itu terletak melalui perolehan keterampilan baru, yang diterapkan dalam jangka waktu yang relatif lama dan melalui usaha. Kreativitas anak dapat dipupuk dengan mempelajari gerak anak. Melalui eksplorasi, anak dapat mencoba menemukan berbagai gerakan yang disukainya. Keterampilan fisik dasar anak usia dini ditunjukkan dalam keseimbangan, gerak, kecepatan, ekspresi wajah, teknik, kemampuan mengendalikan tubuh dan kemampuan melakukan gerakan lincah dalam koordinasi dengan anggota lainnya.

            Seni tari dalam dimensi pedagogik memberi warna dan arah pada pembentukan pengetahuan, sikap dan keterampilan gerak. Karena belajar menari tidak hanya mengasah kemampuan motorik, tetapi juga kemampuan afektif dan kognitif. Belajar menari pada anak usia dini memiliki empat tugas. Purnomo (2013) menawarkan empat fungsi, yaitu:

  * Mengembangkan kompetensi intelektual. Karena saat menari, anak-anak harus secara kognitif memahami, memahami, mensintesis, bahkan mengevaluasi gerakan yang dilakukan. Sementara itu, dari sisi afektif, anak dituntut untuk dapat menerima estetika tari tersebut. Pada saat yang sama, anak-anak dari bidang psikomotorik dituntut untuk mampu bergerak dengan terampil sesuai irama yang mengiringinya.
  * Alat Sosialisasi. Tari dalam dimensi pedagogik juga merupakan sarana sosialisasi anak-anak, khususnya dalam tari kelompok. Setiap anak harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama. Ini diperlukan untuk mencapai ketegangan gerakan saat menari. Sosialisasi melalui tarian mempengaruhi harga diri anak.
   * Kendaraan ekologis. Selain keterampilan intelektual dan sosial, tari edukatif dapat mengembangkan kecintaan anak terhadap lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan gambaran tentang arti dari tarian yang dimaksud. Dengan demikian, anak-anak tidak hanya belajar menari dengan hati, tetapi juga dapat membangkitkan kecintaan terhadap alam sekitar sejak dini
  * Mengembangkan kreativitas. Kreativitas ini dapat dikembangkan dengan mempelajari gerak-gerik anak. Melalui eksplorasi, anak dapat mencoba menemukan berbagai gerakan yang disukainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun