Aku pun bingung mengapa paceklik minyak goreng dikaitkan dengan kreativitas kalau tidak melihat trik ibuku pagi tadi.
Toh, beliau berdiam di televisi, terhalang layar kaca satu arah.
Tidak bisa melihat keramaian warung ini, dan sepiring Tempe Menjes milik bapak berjaket yang baru saja tumpah ruah ke tanah, tersenggol lemparan dompet kawannya.
Beliau tengah berbicara di ruang tertutup, dengan AC yang ada satu, dua, tiga.... ya, sepertinya tiga. Betapa dinginnya! Sedang kami baru saja menyeka keringat.
Beliau bertemu dengan orang-orang penting seperti pak presiden, pak mentri, pak gubernur, pak walikota, pak polisi, dan tidak mungkin pak Surip yang baru saja menggorengkan Menjes untuk bapak berjaket tadi.
Bukankah wajar kalau beliau kurang paham situasi terkini?
Harusnya jika beliau mau mengerti, bisa bertanya pada ibuku yang bolak-balik ke pasar, supermarket, toko-toko di sekitar kampung ini setiap hari.
Beliau bisa mampir sebentar untuk bertanya, sambil mencicipi Menjes Pak Surip, atau makan kerupuk dagangan ibuku.Â
Mungkin beliau memang tidak doyan kerupuk atau Tempe Menjes.
Mobilnya pun belum tentu muat di gang ini.
Harusnya kita semua bisa memaklumi ketidaktahuannya itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H