Konflik yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel menciptakan kekhawatiran bagi dunia internasional. Â Pada Selasa (1/10/2024), Iran menyerang Israel dengan meluncurkan ratusan rudal balistik. Serangan ini merupakan serangan kedua Iran pada tahun ini dan serangan terbesar yang dilakukan Iran sejauh ini. Dilansir Al Jazeera, serangan ini dilayangkan guna membalas pembunuhan komandan tertinggi Hezbollah dan para tokoh penting Hamas yang didukung oleh Iran dalam perlawanan di Lebanon dan Palestina, serta atas penyerangan yang dilakukan Israel di Gaza dan Lebanon.Â
Menanggapi situasi ini, Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres, menulis cuitan melalui akun X-nya dengan menyatakan kekhawatirannya terhadap konflik di Timur Tengah yang terus meluas, serta keinginannya agar seluruh pihak yang terlibat melakukan gencatan senjata. Â
I condemn the broadening of the Middle East conflict with escalation after escalation.
This must stop.
We absolutely need a ceasefire.--- Antnio Guterres (@antonioguterres) October 1, 2024
Memanasnya konflik antara Iran dan Israel dapat meningkatkan kompleksitas konflik secara keseluruhan melalui keterlibatan negara-negara lain yang berada di sekitar Iran maupun Israel, termasuk keterlibatan sekutu besar Israel, Â Amerika Serikat. Keterlibatan sekutu secara tidak langsung akan menyebabkan peningkatan skala konflik. Skala konflik yang terus meningkat akan memengaruhi kestabilan kawasan Timur Tengah. Situasi ini dapat menjadi konflik berkepanjangan dengan kedua negara yang saling melemparkan serangan balasan. Jika hal ini terus berlanjut, konflik ini dikhawatirkan akan memicu terjadinya perang global.Â
Iran merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar. Keberlanjutan konflik ini tentunya akan menyebabkan kenaikan harga minyak dunia akibat permasalahan keamanan jalur perdagangan di Selat Hormuz yang memisahkan Iran dengan Uni Arab Emirat, dan berada di antara wilayah Teluk Persia dan Teluk Oman. Selat ini merupakan satu-satunya jalur yang digunakan untuk mengirim minyak keluar Teluk Persia. Hal ini dapat menyebabkan kelangkaan minyak dan mengganggu pasokan energi negara-negara. Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor minyak pun akan merasakan dampak dari situasi ini, sehingga mendorong terjadinya inflasi. Â Selain itu, konflik di Timur Tengah ini juga menyebabkan sejumlah maskapai penerbangan membatalkan penerbangan ke wilayah tersebut. Pada 3 Oktober 2024, Maskapai Emirates membatalkan sejumlah penerbangan ke Iran, Irak, Yordania, dan beberapa wilayah lain di Timur Tengah akibat situasi yang sedang berlangsung.Â
Untuk mengatasi konflik ini, diperlukan adanya upaya diplomasi dan intervensi kemusiaan melalui PBB sebagai organisasi internasional yang berlandaskan hak asasi manusia dan perdamaian. Selain itu, PBB juga seharusnya dapat mengambil langkah tegas dan memberlakukan sanksi bagi negara-negara yang telah melanggar hukum humaniter, terutama Israel sebagai pelaku dari genosida yang telah merenggut nyawa ribuan manusia. Negara-negara lain yang merasakan dampak dari konflik ini, termasuk Indonesia, perlu menerapkan sejumlah kebijakan untuk meminimalisir dampak ekonomi dari konflik di Timur Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H